Bergabunglah

Bagi anda yang butuh biaya kuliah, buka usaha, tidak punya modal, cobalah luangkan waktu untuk mencermati, menganalisa tawaran kami di;
http://www.asiakita.com/halaqa-kita
Semoga mamfaat
Powered By Blogger

Minggu, 09 Mei 2010

Wapres: Pemerintah Tidak Abaikan Keinginan Dunia Usaha

Bekasi (ANTARA) - Pemerintah tidak pernah mengabaikan keinginan dunia usaha dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari dan akan tetap memperhatikan aspirasi yang diinginkan, kata Wakil Presiden Boediono.

"Pemerintah sangat inginkan suasana baik bagi dunia usaha di Indonesia. Jangan kira pemerintah abaikan keinginan itu," kata Wapres Boediono saat dialog dengan sejumlah pengusaha di Kawasan Industri MM2100 Cikarang, Bekasi, Minggu.

Hal tersebut dikemukakan Wapres usai melepas gerak jalan sehat 2010 dengan tema Sinergi Tripartit Untuk negeri, yang juga dihadiri Menakertrans Muhaimin Iskandar.

Menurut Wapres, dunia usaha dari ke hari tentunya akan menghadapi berbagai problematika dan itu juga yang dihadapi pemerintah dan semua orang.

Namun demikian, tegas Boediono, jangan ragukan pemerintah untuk tidak membuat suasana usaha yang baik dan kondusif dan hal itu terus menjadi perhatian pemerintah.

"Jangan ragukan pemerintah untuk tidak membuat suasana usaha yang baik. Kita mau manajerial dan pekerja bekerja saling mendukung," kata Wapres.

Dikatakan Wapres pula, hubungan kerja yang baik dan saling mendukung merupakan kultur bangsa Indonesia dan kalau ada momen yang baik untuk silaturahim hendaknya dilakukan secara berkesinambungan.

"Bentuk silaturahim bisa dalam bentuk gerak jalan atau makan pagi bersama. Hal seperti itu sebaiknya dilanjutkan untuk kebersamaan," kata Wapres.

Dalam kesempatan itu, Wapres juga minta kepada para pekerja dan manajerial agar jika ada masalah hendaknya diselesaikan secara berunding dengan baik

Susno Incar Skandal Pajak Rp 250 Triliun

Kompas - Minggu, 9 Mei
BATAM, KOMPAS.com - Mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji bersiap-siap menerbitkan buku keduanya, setelah buku Bukan Testimoni Susno terjual sekitar 30.000 eksemplar.
Izharry Agusjaya Moenzir, penulis buku Bukan Testimoni Susno, menyebutkan, perkara Gayus Tambunan hanya kasus kecil, karena ada yang lebih besar lagi. Menurut dia, kasus yang lebih besar itu bukan hanya senilai miliaran tapi triliunan rupiah. Dan, itulah yang akan jadi bahan buku kedua Susno.
Menurut Izharry, awalnya ia menduga kasus besar yang ingin diungkap oleh Susno adalah kasus pajak senilai Rp 3,6 triliun, ternyata masih ada lagi kasus pajak lainnya senilai Rp 250 triliun.
"Buku kedua, bahannya sudah terkumpul dan saat ini sedang menunggu momentum yang tepat," ujar Izharry Agusjaya Moenzi saat mengupas Bukan Testimoni Susno di Toko Buku Gramedia BCS Mall, Batam, Sabtu (8/5/2010). Batam menjadi kota keenam untuk bedah buku tersebut.
Kini, Izharry mengaku telah mendapatkan beberapa data berdasarkan keterangan Susno Duadji. Data itu siap untuk diterbitkan menjadi sebuah buku kedua. Sebagian materi untuk buku itu pun sudah ditulis di notebooknya.

Sabtu, 08 Mei 2010

NURCHOLISH MADJID MODERNISASI, SEKULERISASI, dan DESAKRALISASI di INDONESIA

NURCHOLISH MADJID
MODERNISASI, SEKULERISASI, dan DESAKRALISASI di INDONESIA
Oleh:
A. SHAIFUDDIN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah jatuh bangunnya sebuah tatanan sosial dalam berbagai bentuknya (khilafah, kerajaan, kesultanan, sampai kepada negara bangsa yang dianggap paling modern) selalu ditandai dengan bangkit atau munculnya gerakan-gerakan pembaharu yang melawan dan menentang sistim dan kekuasaan dengan berbagai cara.
Cara yang lazim ditempuh oleh para pemimpin dalam mengambil kebijakan sering kali berlawanan dengan penentang atau oposisi yang memang telah mengambil jarak untuk selalu mengontrol kebijakan pemerintah. Di masa lalu (dalam sejarah Islam) oposisi seringkali berwujud dalam bentuk kekuatan militer. Namun, cara-cara tersebut tentu berbeda dengan kondosi sekarang ini. Cara dengan kekuatan militer telah beralih oposisi dalam wujudnya dalam bentuk tatanan politik dengan kontrol yang sangat ketat dan kuat.
Namun demikian, tidak semua orang terlebih lagi tokoh reformis bisa dan setuju dengan oposisi dalam gerakan politik. Cara-cara kontrol sosial dengan beropini atau berwacana melalui bantuan media dengan posisi yang independen banyak mewarnai dalam gerakan pembaharuan (pembaruan) Islam di Indonesia bahkan mungkin melampaui Islam secara formal kelembagaan karena gerakan-gerakannya bermuatan pembelaan hak-hak warga negara (kemanusiaan).
Posisi mengambil sikap oposisi dalam negara Indonesia, terlebih di bawah rezim otoriter (Orde Baru), tentu membutuhkan kecerdasan mengambil posisi agar tidak dianggap dan dinilai oleh rezim sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasa. Ini diperlukan karena terlalu banyak tokoh yang dipenjarakan oleh rezim karena secara terang-terangan melakukan perlawanan melalui opini (media). Bentuk atau model perlawanan tersebut mungkin saja telah dipilih dengan secara sadar dan dengan resiko yang telah diperhitungkan.
Nurcholish Madjid, salahsatu tokoh reformis Indonesia tiga zaman (Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi), memilih pendekatan budaya akademis dalam setiap gerakan dan opininya. Strategi ini kurang resiko untuk berbenturan dengan penguasa karena selalu membawa nilai-nilai pembaruan yang obyektif, yang langsung menyentuh warga sebagai umat. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pembaruan Nurcholish tentang modernisasi, sekulerisasi, dan desakralisasi di Indonesia selalu diterima walaupun juga terjadi kontra karena gerakannya murni akademis (tidak politis/politik) dan selalu ingin memperbarui pola pikir masyarakat menengah. Perspektif penulis bahwa gerakan pada level ini sengaja dilakukan dengan harapan masyarakat akademisilah yang perlu diubah sebagai agen pembaruan untuk masyarakat dan pemerintahan waktu itu dan ke depan. Dan inilah sesungguhnya gerakan substansi Islam (islami) tanpa simbol-simbol keagamaan.

B. Pengertian Judul
Sebelum membahas lebih jauh tentang topik di atas dengan judul Nurcholish Madjid : Modernisasi, Sekulerisasi, dan Desakralisasi di Indonesia. Terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian topik tersebut. Kata Nurcholish Madjid adalah nama salah seorang yang dinilai sebagai tokoh pembaruan Indonesia. Tema-tema gerakan pembaruannya diantaranya tentang modernisasi, sekulerisasi, dan desakralisasi.
Kata modernisasi dari bahasa Inggris modern yang artinya orang yang modern. Jika diberi imbuhan isasi (proses) maka modernisasi sebanding dengan kata modernize maknanya memodernisasikan atau memoderenkan. Kata moderat (kb) berarti orang lunak, sedang kata sifatnya bermakna layak, yang sekedarnya. Sedang, kata sekulerisasi juga dari bahasa Inggris secular yang artinya duniawi, maksudnya usaha (proses) memindahkan kepada urusan kegiatan-kegiatan keduniawian. Kata desakralisasi dari kata dasar sakral bermakna sesuatu yang dianggap tidak biasa (dikeramatkan, dimuliakan). Desakralisasi bermakna tidak mensakralkan (memitoskan atau mengultuskan) sesuatu yang sebenarnya bertentangan prinsip-prinsip keyakinan kepada Tuhan.
Dengan demikian, judul tersebut memuat makna bagaimana membumikan atau memanifestasikan nilai-nilai kemoderenan, sekulerisasi (bukan sekularisme) yakni membumikan hal-hal yang bersifat duniawi tidak malah mengukhrawikannya (baca:akhirat). Dan usaha untuk tidak mensakralkan sesuatu yang tidak perlu disakralkan. Usaha-usaha tersebut tentu terkait dengan tokoh atau sosok Nurcholish Madjid, sebagai pembaru dalam masalah ini.

C. Rumusan Masalah
Memerhatikan latar masalah di atas, penulis mengangkat masalah :
1. Bagaimana memahami substansi pemikiran Nurcholish Madjid tentang kemoderenan (modernisasi), sekulerisasi, dan desakralisasi dalam kehidupan beragama dan berbangsa?
2. Bagaimana aktualisasi dan reaksi atas gagasan Nurcholish Madjid dalam konteks keagamaan dan keindonesiaan.

II. Nurcholish Madjid: Modernisasi, Sekulerisasi, dan Desakralisasi

Sebelum terlalu jauh membahas masalah ini ada baiknya kita kutip ungkapan Nurcholish tentang latar dari gagasannya yang berangkat dari pemahaman tentang Al-Quran. Gagasan ini sebagai dasar pijakan perlunya modernisasi sekularisasi dan desakralisasi. Nurcholish mengungkapkan bahwa ziarah historis akan mengajak kita memahami Al-Quran dalam sebuah lanskap kehidupan yang kaya, sehingga mendorong munculnya pembaruan, penyegaran, dan perluasan horison keagamaan. Lebih dari itu, sebuah tradisi dan paham keagamaan tidak mengeras dan menutup diri, lalu menjadi ideologi yang disakralkan dan tabu terhadap setiap upaya penafsiran baru. Perluasan horison suit diwujudkan jika seseorang tidak menyadari bahwa semua peristiwa dan pemikiran (termasuk dalam penetapan hukum) selalu dibatasi kalau tidak dipengaruhi oleh situasi, termasuk bahasa Arab sebagai medium (alat) yang digunakan Al-Quran dan masyarakat Arab yang disapa secara langsung kala itu. Menyadari akan dimensi “situasional” ini maka tradisi Islam telah melahirkan sekian banyak mujtahid yang selalu berusaha memperluas horison penafsiran dan pemahaman umat Islam terhadap Al-Quran , yang resikonya kadang berupa perselisihan antar tokohnya
Masalah modern dalam ungkapan Nurcholish tersebut tersirat dalam ungkapannya bahwa diperlukan pembaruan, penyegaran, dan perluasan horison bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan perlunya penafsiran bidang ibadah semata tapi juga yang berkaitan langsung dengan kehidupan dunia. Diperlukannya modernisasi di sini dikarenakan kuatnya pengaruh situasional (budaya, tradisi, sosial kemasyarakatan) di mana sebuah ayat diturunkan.
Kajian berikutnya terkait dengan sekulerisasi. Jika ingin didalami lebih serius lagi, sebenarnya gerakan membumikan Al-Quran oleh Quraish Shihab atau membumikan Islam oleh Endang Saifuddin Anshori atau tema-tema lain yang semangatnya sama dengan itu, semuanya sedikit banyaknya mengandung gerakan sekularisasi. Jika sekularisasi yang dimaksud adalah menduniakan sesuatu yang bersifat duniawi dan tidak mensakralkannya.
Gerakan modernisasi dan sekularisasi Nurcholish terbaca dalam gagasan-gagasannya tentang pluralisme, kesetaraan, dan toleransi merupakan ide-ide etik dari diskursus civil society yang di Indonesia sering dilontarkan Nurcholish Madjid. Perhatian utama Nurcholish adalah yang berkaitan dengan bagaimana melacak otentisitas landasan etik nilai-nilai tersebut dalam khazanah Islam dan secara liberatif mampu membangun hubungan dialogis dengan wacana modernitas.
Relevansinya dengan modernisasi dan sekulerisasi Nurcholish berpendapat bahwa Islam adalah agama egaliter. Mengutip pandangan Ernest Gellner, bahwa prinsip Islam yang formal, sentral dan murni pada dasarnya bersifat egaliter dan ilmiah serta membantunya untuk menyesuaikan diri dengan peradaban modern. Usaha menyesuaian diri inilah, posisi gerakan modernisasi dan sekularisasi serta desakralisasi Nurcholish menemukan persamaannya. Nurcholish memahami bahwa Islam yang oleh Ernest dipahami sebagai agama yang egaliter dan ilmiah tidaklah dalam makna otomatis dan statis. Melainkan harus diusahakan dengan berbagai upaya, dan upaya itu termasuk menghindari sakralisasi ajaran dan budaya Islam.
Dalam konteks Indonesia, gagasan Nurcholish telah banyak memberi warna dalam kehidupan bernegara. Baca misalnya pernyataan beliau tentang Pancasila sebagai dasar negara. Setiap bangsa mempunyai etos atau suasana kejiwaan yang menjadi karakteristik utama bangsa itu. Etos itu kemudian dinyatakan dalam berbagai bentuk perwujudan seperti jati diri, kepribadian, dan ideologi. Pancasila disebut sebgai ideologi nasional. Tetapi pancasila adalah sebuah ideologi modern. Bukan hanya karena muncul di zaman modern, tapi juga lebih-lebih karena ia ditampilkan oleh seorang atau sekelompok orang dewasa dengan wawasan modern. Itulah sebabnya, Kiai Haji Ahmad Shiddiq (Ra’is Amm Nahdlat al-‘Ulama) mengemukakan bahwa Pancasila sebagai sebuah ideologi negara tidak perlu lagi dipersoalkan dan bersifat final. Namun, Nurcholish mengemukakan bahwa dari segi pengembangan prinsip-prinsipnya sehingga menjadi aktual dan relevan bagi masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang, pancasila tidak bisa lain kecuali harus dipandang sebagai ideologi terbuka yang dinamis
Masalah simbol dan simbolisme dalam ekspresi keagamaan Nurcholis juga punya pandangan, khususnya dalam kehidupan ekonomi sosial. Kyai Ahmad Dahlan seringkali dikutip Nurcholish dalam beberapa kali ceramahnya. Ketika Kyai Ahmad Dahlan mulai menapak jalan menuju cita-cita reformasi Islam di Indonesia, beliau memperkenalkan dan mempropagandakan sebuah surat pendek al-Qur’an dari Juz ‘Amma, yaitu surat al-Ma’un (QS 107). Surat tersebut seringkali dibaca dalam shalat bahkan menjadi hafalan santri. Tetapi masyarakat Islam Indonesia seperti tidak pernah tersentuh oleh makna dan semangat firman Allah itu, dan tidak pula menyadari betapa surat pendek itu dapat menjadi pangkal gerakan kemanusiaan yang besar dan mendalam seperti Muhammadiyah dengan amal-amal sosialnya (lembaga pendidikan dari TK sampai Perguruan Tinggi, rumah sakit, lembaga dakwah, panti asuhan, dan baitul mall-nya)
Masalah pendidikan tidak lepas dari wacana pemikiran Nurholish Madjid. Dua dimensi hidup manusia, yakni Ketuhanan dan Kemanusiaan menjadi fokus utamanya. Beliau menegaskan bahwa pendidikan itu berangkat dari keluarga. Bayangkan, orang yang dituduh sebagai sekuler, masih berfikiran konservatif (tradisional) dalam masalah pendidikan. Dimensi Ketuhanan yang perlu ditanamkan adalah meliputi nilai-nilai yang sangat mendasar seperti: iman, Islam, ihsan, taqwa, ikhlas, tawakkal, syukur, shabr (sabar). Sedangkan nilai-nilai mendasar tentang kemanusiaan adalah: Silaturrahmi, persaudaraan, persamaan, adil, baik sangka, rendah hati, tepat janji, lapang dada, dapat dipercaya, perwira, hemat, dermawan. Semua itu adalah ilmu-ilmu terapan yang sangat universal

A. Kontroversi Gagasan Nurcholish Madjid Dalam kehidupan Keagamaan dan Kenegaraan.
Tidak mungkin dengan pengetahuan yang sempit dan dengan waktu yang terbatas, penulis dapat menjelaskan dengan lengkap sosok tokoh Nurcholish Madjid. Tetapi justru keterbatasan itulah penulis mencoba mengurai apa yang dapat penulis uraikan.
Dalam sebuah kesempatan, Nurcholish diminta memberi khutbah Idul Fitri yang menurut beliau merupakan hari raya kesucian manusia. Dalam suasana kesucian itu, kita akan kembali kepada kebahagiaan primordial kita, tempat leluhur kita Adam dan Hawa hidup bebas dan bahagia, yaitu kehidupan aman, tenteram, dan damai dalam kebahagiaan itu tidak ada sumpah-serapah dan caci-maki, yang ada ucapan salam, damai untuk semua.
Di sana mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia, juga tidak ucapan tuduhan berdosa, melainkan ucapan “Damai, damai!” semata. (Qs.al-Waqi’ah/56:25-26) Damai! Sebagai tegur-sapa dari Tuhan Yang Maha Kasih. (Qs. Yasin/36:58)
Dalam suasana rahmat dan kasih-Nya itu, Allah mengajarkan kepada kita bahwa hakikat kemanusiaan adalah satu, dengan tetap ada perbedaan yang tidak hakiki, yang perbedaan itu tidak seharusnya membawa kepada pertikaian. Bagi sementara kalangan di antara kita, perbedaan di antara kita, perbedaan lahiriah antara berbagai golongan disalahpahami sebagai perbedaan hakiki. Maka bagi mereka itu, seperti halnya bagi kaum musyrik, sulit sekali memenuhi ajakan untuk tidak berpecah-belah, untuk bersatu dalam ajaran dasar kesucian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Di akhir khutbahnya Nurcholish menutup dengan ungkapan marilah kita galang persaudaraan antar umat, antar suku bangsa, dan antarsesama manusia seluruhnya. Marilah kita wujudkan masyarakat dan negara yang tertib, aman, dan damai, yang membuat bahagia seluruh warga negara. Marilah kita wujudkan itu semua dengan iman, amal kebajikan, bebas dari syirik pemujaan kepada harta dan kekuasaan.
Dari khutbah yang sengaja penulis kutip mengandung pesan bahwa semua manusia sama yang membedakan hanya budi pekerti dan taqwa. Jangan mengedepankan perbedaan tetapi persamaan karena perbedaan itu tidak hakiki. Yang menarik, Nurcholish menyebut syirik itu pada harta dan kekuasaan.
Lalu? Bagaimana kiprah Nurcholish di dunia politik? Nurcholish di tahun 1971 saat rezim orde baru berkuasa dengan militernya, muncul pernyataan yang mengundang polemik dan kontroversi “Islam Yes, Partai Islam No”. Apakah Nurcholish tidak senang dengan partai Islam (yang ketika itu PPP dengan lambang Ka’bah)? Dalam bukunya Islam Substantif, Prof. Azyumardi Azra menyatakan bahwa oleh Partai Masyumi Baru dengan ketuanya Ridwan (tokoh PPP yang hijrah ke Golkar) mencalonkan Nurcholish Madjid jadi Presiden pasca Habibie. Semua orang tahu bahwa waktu itu terjadi gejolak antara kubu Habibie dan Megawati. Ditampilkannya Cak Nur sebagai calon alternatif kalau-kalau Gusdur mundur dari pencalonan oleh poros tengah. Belakangan Nurcholish mengeluarkan pernyataan bahwa kalau dia maju sebagai presiden maka kemunduran bagi demokrasi kita dan tidak sehat bagi proses demokrasi. Bagi Cak Nur, yang pantas jadi calon Presiden adalah orang-orang partai politik, kecuali dalam situasi darurat yang benar-benar gawat.
Masalah sekulerisasi (dasar kata sekuler) yang juga menjadi tema pokok gagasan Cak Nur yang diwacanakan, mendapat tanggapan keras dari tokoh-tokoh lain. Seorang Doktor hadits (UIN Jakarta) bahkan dengan keras dan tegas telah mengecam pernyataan Cak Nur tersebut. Sekuler yang bermakna duniawi , sepintas memang sangat mengganggu masyarakat Indonesia yang beragama. Karena tentu dengan sendirinya istilah itu bertentangan dengan ajaran dan keyakinan. Jika nasionalisme sekuler diperhadapkan dengan nasionalisme sekuler maka penjelasan singkatnya adalah bahwa negara sekuler adalah negara yang memisahkan urusan agama dengan urusan publik dan politik ( sesuai semangat ungkapan Islam Yes, Partai Islam No). Sedangkan nasionalisme religius adalah suatu bentuk antitesis nasionalisme sekuler, dimana nasionalisme bersumber dari agama, bersumber dari keyakinan bahwa agama tidak hanya mengurus pasal ibadah, tetapi juga peduli terhadap masalah-masalah politik.
Inikah yang dimaksud Nurcholish Madjid tentang sekulerisasi? Menurut bacaan penulis dari berbagai sumber, tidak demikian. Gagasan ini muncul ketika banyak simbol-simbol agama yang sakral justru dibawa ke kehidupan dunia (diduniawikan), dan sebaliknya hal-hal yang sifatnya duniawi dikultuskan, disakralkan sehingga menuju pada pemusrikan (seperti pada pemujaan harta dan kekuasaan). Jadi, menurut penulis, gerakan sekulerisasi Nurcholish justru gerakan pemurnian ajaran Islam dalam bentuk dan versi yang berbeda dengan Muhammad Abduh atau Kyai Ahmad Dahlan.

III. PENUTUP

Menutup tulisan ini penulis mengajukan beberapa kesimpulan dari gagasan Nurcholish Madjid di atas. Kesimpulan itu tidaklah mewakili kesimpulan tentang gagasan dan pemikiran Nurcholish, tetapi kesimpulan dari hasil penilaian atau bacaan penulis tentang tokoh yang dibahas:
1. Nurcholish memandang bahwa semua manusia sama, termasuk kitab suci dan nabi pembawa risalah (ajaran) bersumber dari sumber yang sama yakni Tuhan Yang Maha Esa. Bagaimana dengan agama? Apakah semua agama sama? Biarlah jadi bahan perdebatan dalam diskusi!
2. Karena semua manusia sama, maka yang membedakan di sisi Allah Swt hanya budi pekerti dan ketaqwaannya.
3. Gagasan Nurcholish tentang modernisasi, sekulerisasi, dan desakralisasi sebenarnya dalam rangka semangat membangkitkan umat Islam dari sakralisasi dan bangkit dari nilai-nilai bukan bangit dengan simbol-simbol keagamaan.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Nur dan M. Ridhwan. Pesan Damai Idul Fitri. Jakarta: Kompas, 2003
Azra, Azyumardi. Islam Substantif. Bandung: Mizan, 2000
Hidayat, Komaruddin. Menafsirkan Kehendak Tuhan. Bandung: Teraju (Mizan), 2004
Madjid, Nurcholish. Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 1999
Madjid, Nurcholish, et.al. Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern. Jakarta: Mediacita, 2000
M. Echols, John dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, 2003
Nata, Abuddin. Problematika Politik Islam Di Indonesia. Jakarta: PT Grasindo dan UIN Jakarta, 2002
Pribadi, Airlangga dan M.Yudhie R. Haryono. Post Islam Liberal. Jawa Barat: PT Gugus Press, 2002
Sidi, Indra Djati. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina, 2001

IDE PEMBAHARUAN DAN PEMIKIRAN MUSTAFA KEMAL ATTATURK

IDE PEMBAHARUAN DAN PEMIKIRAN
MUSTAFA KEMAL ATTATURK
OLEH;
MUSTARI

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian sejarah adalah suatu bidang ilmu yang sangat menarik untuk ditelusuri, dimana minimal ada dua mamfaat yang dapat diperoleh dari kesimpulan penelusuran fakta sejarah tersebut, yakni; Pertama bila kesimpulan fakta penelitian sejarah menunjukkan kemajuan suatu system yang dikembangkan oleh pelaku sejarah, kemudian berimbas lahirnya berbagai macam inovasi pengembangan dan kemajuan baik pada system pemerintahan, pertahanan, sosial, ekonomi, politik, bahkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini bukan saja akan menjadi kebanggaan bagi suatu bangsa, akan tetapi akan menjadi jejak pelajaran yang baik untuk diguguh bagi bangsa dan masyarakat yang hidup saat ini mupun yang akan datang.
Kedua bila fakta sejarah yang terungkap menunjukkan sisi kemunduran dan kegagalan suatu system yang telah diterapkan oleh pelaku sejarah pada suatu bangsa atau masyarakat. Tentu akan menjadi pelajaran yang sangat berharga yang akan menumbuhkan sikap kehati-hatian terhadap persoalan serupa agar tidak menjebak untuk jatuh pada kubangan situasi serupa.
Menurut informasi sejarah bahwa Islam pada abad ke VII sampai dengan abad ke XIII berproses hingga mencapai masa keemasan dan kemajuan disegala bidang, akan tetapi dari abad ke XIII sampai dengan abad XVIII juga berproses hingga pada akhirnya mencapai masa kemunduran total, hampir di seluruh dunia Islam terjajah oleh dunia barat yang pada saat itu mulai mencapai tingkat kemajuan di bidang teknologi dan industri.
Kondisi ini bukan saja menimbulkan kepiluan pada masyarakat muslim, tetapi justeru dapat menjadi alat yang akan berfungsi sebagai penyadaran para pemikir dan pembaharu dalam dunia Islam, sebagaimana telah diungkap dan dibahas melalui presentasi makala sebelumnya diantaranya; ide-ide pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasha, Syekh Muhammad Abduh, Ali Abd al Raziq, mereka adalah tokoh-tokoh pembaharu dimana ide-ide mereka dapat menjadi panutan untuk dikembangkan dalam rangka menapak dan membentuk jejak sejarah kedepan.
Pada makala ini akan dibahas ide-ide pembaharuan yang dilakukan oleh seorang tokoh pembaharu di Turki yakni; “Mustafa Kemal”, beliau dikenal sebagai seorang tokoh pembaharu yang berperan menyelamatkan bangsa dan Negara Turki dari malapetaka kehancuran total akibat penjajahan Eropa, meskipun pada akhirnya tokoh yang satu ini dianggap sebagai tokoh controversial yang telah merubah budaya kekhalifahan yang menjadi karakter kerajaan Turki Usmani selama beratus-ratus tahun menjadi Negara yang beraliran sekuler, bahkan dikenal sebagai “Pencipta Turki Modern” dan oleh bangsa Turki diberi gelar sebagai “Attaturk” (Bapak Turki).

B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, penulis berusaha membatasi pembahasan dalam makala ini melalui tiga rumusan masalah berikut ini :
1. Benarkah Mustafa kemal adalah tokoh yang memiliki ide pembaharuan?
2. Sejauhmana pengaruh ide sekularisme Mustafa Kemal terhadap perkembangan Islam di Turki?
3. Adakah ide pembaharuan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal di Turki yang dapat diterapkan untuk kemajuan di Indonesia?

II. PEMBAHASAN

A. Biografi Mustafa kemal Attaturk
Mustafa Kemal Ataturk lahir di Salonika pada tahun 1881. Orang tuanya bernama Ali Riza seorang pegawai biasa di salah satu kantor pemerintah di kota itu, sedangkan ibunya bernama Zubayde, seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya. Ali Riza meninggal dunia saat Mustafa Kemal berusia tujuh tahun. Ia kemudian diasuh oleh ibunya.
Riwayat pendidikan Mustafa Kemal dimulai sejak tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (sekolah menengah militer Turki). Pada tahun 1895 ia masuk ke akademik militer di kota Monastir dan pada 13 Maret 1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer di Istambul sebagai kader pasukan infanteri. Tahun 1902 ia ditunjuk menjadi salah satu staf pengajar dan pada bulan Januari 1905 ia lulus dengan pangkat kapten.
Kehidupan Mustafa Kemal sejak 1905 sampai dengan 1918 diwarnai dengan perjuangan untuk mewujudkan identitas kebangsaan Turki. Sebagai pejabat militer di dalam imperium Turki Usmani saat itu, ia mendirikan sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Tanah Air (Fatherland Society). Ia juga bergabung bersama Kongres Turki Muda yang membentuk Komite Kebangsaan dan Kemajuan (Committee for Union and Progress).
Setelah berakhirnya Perang Dunia I, tepatnya pada tahun 1919 Mustafa Kemal berusaha mewujudkan prinsip-prinsip generasi Turki Muda. Di bawah kepemimpinannya, elit nasional Turki berhasil memobilisir perjuangan rakyat Turki dan melawan pendudukan asing. Mustafa Kemal berjuang sekuat-kuatnya bersama rakyat Turki berhasil memukul mundur kekuatan penjajahan dari tanah bangsa Turki, yang secara tidak langsung menjadi awal tonggak kemenangan bagi Mustafa Kemal.

Selanjutnya, melalui gerakan politis dan diplomatis di parlemen Majelis Nasional Agung (Grand National Assembly), di mana dalam parlemen ini Mustafa Kemal menjadi ketuanya, ia berhasil mendirikan rezim republik atas sebagian wilayah Anatolia, memberlakukan suatu konstitusi baru bagi rakyat Turki pada tahun 1920, dan mengalahkan republik Armenia, mengalahkan kekuatan Perancis, dan mengusir kekuatan tentara Yunani. Klimaks perjuangan Mustafa Kemal yang mengantarkannya ke kursi presiden republik Turki adalah ketika bangsa Eropa mengakui kemerdekaan bangsa Turki yang ditandai oleh perjanjian Lausanne pada tahun 1923.
Di antara kerja besarnya yang terkenal adalah kemenangannya di Yunani dan mengusir sekutu dari Anatolia pada tahun 1340 H/1921 M. dia memiliki hubungan yang kuat dengan Barat. Dahulunya dia adalah seorang perwira dalam pasukan Utsmaniyah. Lalu dia bergabung dalam Oraganisasi Turki Muda. Namanya mulai bersinar pada tahun 1334 H/1915 M ketika berhasil mengusir serangan sekutu di Dardanil. Pada tahun 1338 H/1919 M dia mendirikan partai nasionalis Turki yang mengganti kedudukan Organisasi persatuan dan pembangunan .
Mencermati perjalan hidup dan karier seorang Mustafa Kemal yang gigih tak kenal putus asa menggambarkan bahwa sosoknya sebagai seorang politikus ulung, yang pandai membaca situasi serta mengambil langkah yang tepat mengambil simpati rakyat yang kemudian dengan dukungan rakyat berhasil memukul mundur bahkan mengusir serangan sekutu di Turki

B. Pemikiran dan Pembaharuan Mustafa Kemal Attaturk
Pembaruan Turki sesungguhnya telah sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum pembaruan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang militer dan administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan, telah dilakukan oleh generasi Turki pada era Tanzimat yang berlangsung dari tahun 1839 sampai dengan 1876, kemudian pada era Usmani Muda yang berlangsung dari dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosial dan keagamaan, dan pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muda Turki. Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki Muda (Ottoman Society for Union and Progress). Kelompok ini secara nyata mempertahankan kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas mereka melakukan agitasi terhadap restorasi rezim Parlementer dan kontitusional.
Pemikiran pembaruan Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap merupakan sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan, prinsip pemikiran pembaruan Turki yang diketengahkan di dalam frame kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp.
Dalam catatan kaki Ajid Thohir, di dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran pembaruan Turki telah dilakukan oleh tokoh-tokoh, seperti : Mustafa Rasyid Pasha (1800) dan Mehmet Shidiq Ri’at (1807) dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha (1825-1876), Namik Kemal (1840-1880) dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi Usmani Muda; dan, Ahmad Riza (1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912) dari generasi Turki Muda. Sedangkan, pemikiran yang paling dekat dengan gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal adalah pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan program-program pembaruannya dalam berbagai aspek yang ia sebut sebagai The Programe of Turkism, yakni : Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism, Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism, dan Philosopical Turkism.
Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai attase militer pada tahun 1913 di Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni; nasionalisme, sekularisme dan westernisme.
Pertama, unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi Turki sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam.
Kedua, unsur sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman westernisme Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut setia Mustafa Kemal, Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya. Peperangan antara Timur dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni peradaban Islam dan peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundurnya Islam, dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat Turki harus mengadakan sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan sosial dan hukum. Menurut versi Mustafa kemal, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara (legislatif, eksekutif dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa. Sekularisme ini adalah lebih merupakan antagonisme terhadap hampir segala apa yang berlaku di masa Usmani.
Ketiga, unsur wasternisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru barat negara Turki akan maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapatkan momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia mengatakan bahwa kelanjutan hidup suatu masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri. Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Dari ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas: republikanisme, nasionalisme, kerakyatan, sekularisme, etatisme, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya. Dan jika dilihat dari perkembangan tersebut di atas, Republik Turki adalah negara sekuler. Tetapi meskipun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kemal belumlah negara yang betul-betul sekuler.
Mustafa Kemal sebenarnya seorang nasionalis pengagum barat, yang Islam maju, sebab itu perlu diadakan pembaharuan dalan soal agama untuk disesuaikan dengan bumi Turki. Islam adalah agama rasional dan perlu bagi manusia, tetapi agama yang rasional ini telah dirusak oleh ulama-ulama oleh karena itu, usaha sekularisasinya berpusat pada menghilangkan kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan politik. Negara harus dipisahkan dari agama.
Dengan pandangan Mustafa Kemal seperti yang disebutkan di atas, maka lahirlah pendapatnya antara lain; Qur’an perlu diterjemahkan kedalam bahasa Turki, azan juga perlu dengan bahasa Turki, khutbah dengan bahasa Turki. Madrasah yang sudah ketinggalan zaman ditutup, diganti fakultas Ilahiyat untuk mendidik imam sholat, khotib-khotib, dan pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan. Akan tetapi prinsif dan pandangan Mustafa Kemal seperti yang telah dikemukakan diatas, tidak serta merta menghilangkan kultur keagamaan sebagai buktinya Mustafa Kemal mendirikan penggantinya yaitu Departemen Urursan Agama. Negara menjamin kebebasan beragama, sehingga sekularisasi yang dijalankan tidak menghilangkan agama. Yang berusaha dihapus adalah kekuasaan ulama dalam soal politik dan negara. Karena Mustafa Kemal berpendapat agama adalah masalah pribadi.
Mencermati pemikiran yang dikembangkan seorang Mustafa Kemal yang kemudian diaplikasikan sebagai bentuk ide pembaharuan pada kultur Turki adalah sebuah keniscayaan berdasarkan tuntutan situasi dan zaman saat itu. Betapa tidak bahwa Islam yang berkembang sejak abad ke VII di jazirah Arab yang kemudian merambah keluar Arab, didalam perjalananya mengalami gesekan dan pergeseran prinsif dan kepentingan.
Prinsif musyawarah yang menjadi dogma ajaran yang harus dikembangkan dalam rana kehidupan sosial kemasyarakatan termasuk dalam urusan ”bernegara” seperti yang diisyaratkan al-Qur’an :
          •    
…. dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS. Ali Imran (3) : 159

Ayat ini mengedepankan prinsif musyawarah yang dapat diasumsikan sebagai salah satu pilar demokrasi dalam urusan bernegara, dimana prinsif ini telah mengalami perobahan sejak beralihnya tampuk kepemipinan dari periode ”Khalifah Rasyidah” kepada Muawiyah ibn Abi Sufyan yang mengawali pendirian pemerintahan ”Dinasti” dimana tahta telah menjadi hak waris bagi keturunan khalifah atau sultan yang berlangsung sampai ratusan tahun.
Sebagai akumulasi gejolak pemikiran dari para tokoh pembaharu yang mengembangkan ide perubahan khususnya di Turki, yang kemudian diwujudkan oleh seorang Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki Modern. Penulis berpandangan bahwa usaha ini adalah sebuah tindakan dari ide cemerlang untuk mengembalikan dogma prinsif al-Qur’an yang mengedepankan prinsif musyawarah.
Nasionalisme, sekularisme, dan westernisme yang menjadi ciri khas ide pembaharuan Mustafa Kemal adalah sebuah konsekwesi logis dalam rangka membangun tatanan dan corak kultur kehidupan masyarakatnya yang akan didesain sebagai masyarakat modern dalam urusan bernegara, dan tetap menjamin berlangsungnya budaya kehidupan beragama bagi masyarakatnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan didirikannya ”Fakultas Ilahiyat” dan dibentuknya ”Departemen Urusan Agama” dalam pemerintahannya.

C. Kontroversi Pemikiran Mustafa Kemal Attaturk
Dalam khazanah pemikiran politik Islam, nama Mustafa Kemal Attaturk merupakan nama yang melekat erat dengan kata sekularisme. Dalam teori politik yang telah diterapkan oleh Mustafa Kemal di negara Turki yang melakukan sekurarisasi dalam Negara dan dekonstruksi khilafah Islamiyah dengan menghapuskan sistem tersebut melalui Majelis Nasional Agung. Mustafa Kemal yang menyadari perlunya perubahan dan pembaruan dalam negara itu sangat menginginkan terciptanya sebuah negara sekuler. Kalangan Islam garis keras selalu mencemooh dan menghina tindakan Mustafa Kemal yang menurut mereka telah meruntuhkan khilafah Islamiyah.
“Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah”, beberapa konspirasi mustafa kemal menentang negara dan usaha dalam merebut kekuasaan. Dan sikap arogansi seorang Mustafa Kemal terhadap Islam sebagai seorang yang telah menghancurkan khilafah islamiyah.
Meski demikian, keberhasilan mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta merta menjadikan negara bekas pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus persen menjadi sekuler. Lika-liku gerakan pembaruan (sekularisasi) Turki yang dilakoni oleh Mustafa Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya yang diktator. Sehingga, proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang bercorak modern adalah suatu metamorphosis yang sangat berbeda dari corak tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.
Gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal Ataturk dimulai dengan penghapusan Kesultanan Usmani pada tahun 1923 dan penghapusan khilafah pada tahun 1924. Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan kepada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan dihancurkan. Pada tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi. Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku pada pola nama Barat.
Sedangkan menurut Erick J. Zurcher, gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang mencakup prinsip-prinsip: republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionisme. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat sejumlah kebijakan, seperti pada tahun 1928, menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya. Sedangkan beberapa kebijakan yang dibuat dalam undang-undang pada era rezim Mustafa Kemal adalah :
1. Undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret 1924.
2. Undang-undang tentang pemberhentian petugas jemaah dan makam, penghapusan lembaga pemakaman, tanggal 30 November 1925;
3. Peraturan sipil tentang perkawinan, tanggal 17 Februari 1926;
4. Undang-undang penggunaan huruf latin untuk abjad Turki dan penghapusan tulisan Arab, tanggal 1 November 1928; dan
5. Undang-undang tentang larangan menggunakan pakaian asli, tanggal 1934.
Gerakan sekularisasi Turki oleh rezim Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938. Sungguhpun demikian, sepeninggal Mustafa Kemal Ataturk, posisi presiden Turki digantikan oleh Ismet Inonu, seorang kolega yang sangat setia kepadanya. Dengan demikian, proses sekukarisasi terus berjalan di Turki. Hanya saja, pergantian tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini memberikan peluang bagi konsepsi sistem politik baru bagi negara Turki. Konsepsi politik baru ini terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada tahun 1946, yang atas campur tangan pemerintah Amerika Serikat ketika itu yang berusaha mengurangi pengaruh sistem paternalistik dan lebih cenderung menginginkan sistem multi partai. Kondisi ini membuka jalan bagi terbentuknya partai Demokrat (Democrat Party) di Republik Turki.
Bias sekular teori modernisasi memiliki gema khusus dalam analisis terhadap dunia muslim. Pada awal tahun 1960-an, teori modernisasi memandang dunia muslim sedang menghadapi pilihan yang tak nyaman: antara “totalitarian neo-Islamis” yang bertujuan “membangkitkan masa lalu”, atau “Islam reformis” yang bertujuan membuka “pintu gerbang air dan terseret oleh banjir besar”. Pandangan yang sangat negatif tentang kemungkinan evaluasi dalam masyarakat muslim mengkhianati kemauan yang sungguh-sungguh dari reformis sekular militan seperti Mustafa Kemal Attaturk.

D. Mustafa Kemal seorang pembaharu atau penghancur peradaban
Menganalisis sepak terjang perjalanan karier seorang Mustafa kemal dapat tersimpul pendapat bahwa Attaturk adalah seorang pembaharu, dengan ketegasan dan kekerasannya menerapkan prinsif perobahan dalam seluruh dimensi kehidupan rakyat Turki, dari peradaban yang kental dengan corak keislaman menuju peradaban “Modern yang sekuler”tanpa adanya batasan yang jelas antara halal dan haram menurut versi Islam.
Pada sisi yang lain, dengan tindakan Mustafa Kemal yang demikian radikal dalam gerakan perubahan yang dilakukannya menyebabkan generasi bangsa Turki kehilangan jejak sejarah peradaban para pendahulunya (nenek moyang bangsa Turki).
Namunpun demikian penulis tidak ingin terjebak dalam kajian yang tendensius mengarah pada persoalan pro dan kontra tetapi lebih mengedepankan tinjauan yang obyektif, dan akademis. Penulis mencoba bersikap netral dalam pembahasan yang begitu dalam dan penting bagi kemajuan yang telah dirintis oleh Mustafa Kemal Attaturk. Sekian banyak pujian dan tidak sedikit pula hinaan atas diri sang founding father Negara Turki tersebut.
Ide-ide politik yang begitu amat penting yang harus dikaji dan digali agar ide-ide brilliantnya tidak mati dimakan usia. Karena pemikirannya banyak mengilhami dunia sampai sekarang. Bahkan seorang soekarno begitu amat mengidolakan sang bapak Turki itu. Konsep yang begitu menarik dalam khazanah ilmu politik, seperangkat ide-ide dan prinsip-prinsip dasar kemalisme yang menjadi misi kemalis di Turki yaitu: Republikanisme, Sekularisme, Nasionalisme, Populalisme, Negaraisme (statism), dan Revolusionisme.
Meskipun pada posisi yang berbeda ditemukan informasi bahwa Mustafa Kemal adalah seorang Yahudi dari sebuah kota di Turki bernama Tesalonika (Yahudi Dumamah). Mustafa merupakan seorang agen atau kaki tangan Yahudi Internasional yang disusupkan ke dalam militer Turki sehingga dia menjadi seorang jenderal untuk menghancurkan kekhalifahan Islam Turki Utsmaniyah yang menolak menyerahkan Al-Quds kepada Zionis-Yahudi. Lewat konspirasi Yahui Internasional inilah, Kekhalifahan Turki Utsmaniyah akhirnya hancur pada tanggal 3 Maret 1924, hanya 27 tahun setelah Kongres Zionis Internasional pertama.
Mustafa Kemal naik menjadi penguasa dan menghancurkan seluruh kehidupan beragama di Turki dan menggantinya dengan paham sekuler. Mustafa Kamal Ataturk merupakan seorang Mason dari Lodge Nidana. Selama berkuasa, Mustafa Kamal memperlihatkan watak seorang Yahudi asli yang sangat membenci agama.
Pernah suatu hari saat berkuasa, setelah melarang adzan menggunakan bahasa Arab dan hanya diperbolehkan berbahasa Turki, Mustafa Kamal melewati suatu masjid yang masih mempergunakan adzan dengan bahasa Arab, seketika itu juga dirinya merobohkan masjid itu. Cerita yang lain mengatakan, ketika Mustafa mewajibkan setiap orang Turki memakai topi Barat yang kala itu di Turki lazim dianggap sebagai simbol kekafiran, maka barangsiapa yang tidak mau menuruti perintahnya memakai topi, orang itu akan dihukum gantung . Hasilnya, banyak lelaki Turki yang digantung di tiang-tiang gantungan yang sengaja dibuat di lapangan-lapangan kantor pemerintahannya.
Deislamisasi dan juga terhadap agama lainnya di Turki selama kekuasaan Mustafa Kamal ini benar-benar keterlaluan. Barangsiapa yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kejahatan-kejahatan orang yang oleh Barat disebut sebagai ‘Bapak Turki Modern’ ini, ada dua buku karya Dr. Abdullah ‘Azzam yang direkomendasikan yakni ‘Al Manaratul Mafqudah’ (Majalah al Jihad, Pakistan, 1987) dan ‘Hidmul Khilafah wa bina-uha’ (Markaz Asy-Syahid Azzam Al-I’laamii, Pakistan).
Di dalam buku pertama yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Abdullah ‘Azam memaparkan kejadian sakitnya Mustafa Kamal menjelang sakaratul mautnya yang sungguh-sungguh mengerikan. Abdullah ‘Azzam menulis, “…Mustafa Kamal terserang penyakit dalam (sirrosis hepatitis) disebabkan alkohol yang terkandung dalam khamr. Cairan berkumpul di perutnya secara kronis. Ingatannya melemah, darah mulai mengalir dari hidungnya tanpa henti. Dia juga terserang penyakit kelamin (GO), akibat amat sering berbuat maksiat. Untuk mengeluarkan cairan yang berkumpul pada bagian dalam perutnya (Ascites), dokter mencoblos perutnya dengan jarum. Perutnya membusung dan kedua kakinya bengkak. Mukanya mengecil. Darahnya berkurang sehingga Mustafa pucat seputih tulang.”
Selama sakit Mustafa berteriak-teriak sedemikian keras sehingga teriakannya menerobos sampai ke teras istana yang ditempatinya. Tubuhnya tinggal tulang berbalut kulit. Beratnya hanya 48 kilogram. Giginya banyak yang tanggal hingga mulutnya hampir bertemu dengan kedua alis matanya. Badannya menderita demam yang sangat sehingga ia tidak bisa tidur. Tubuhnya juga mengeluarkan bau bagaikan bau bangkai. Walau demikian, Mustafa masih saja berwasiat, jika dia meninggal maka jenazahnya tidak perlu dishalati.
“Pada hari Kamis, 10 November 1938 jam sembilan lebih lima menit pagi, pergilah Mustafa Kamal dari alam dunia dalam keadaan dilaknat di langit dan di bumi…,” tulis Abdullah ‘Azzam. Naudzubilahi min dzalik!
Sebuah dokumen rahasia tentang peranan dan konspirasi kaum Yahudi di dalam menumbangkan kekhalifahan Turki Utsmaniyyah. Dokumen ini berasal dari sebuah surat yang ditulis Dutabesar Inggris di Konstantinopel, Sir Gebrar Lother, kepada Menteri Luar Negeri Inggris Sir C Harving pada tanggal 29 Mei 1910.

Dalam dokumen tersebut dipaparkan secara rinci bagaimana kaum Freemason melakukan penyusupan ke berbagai sektor vital pemerintahan Turki untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Abdul Hamid II dan mengangkat Mustafa Kamal Ataturk, untuk menghapuskan kekhalifahan Islam di Turki. Bahkan kaum Mason Turki ini berhasil masuk dalam lingkaran pertama Sultan Abdul Hamid II sehingga banyak kebijakan-kebijakannya yang disabot atau disalahgunakan.
Perlu disadari bahwa temuan-temuan ini dikemukakan oleh kelompok yang tidak senang dengan gagasan-gagasan seorang Mustafa Kemal, tentu saja memiliki tendensi dan tujuan tertentu. Adalah sesuatu yang wajar apabila berkembang menjadi persoalan pro dan kontra, namunpun demikian fakta yang berbicara bahwa rakyat Republik Turki sungguh sangat mengagumi dan membanggakannya, terbukti makamnya yang dibangun begitu megah dan dijaga dengan protokoler ketatanegaraan yang begitu ketat, foto sang founding father ini menjadi hiasan utama mendampingi foto presiden dan wakilnya bukan saja di kantor-kantor pemerintah tetapi justeru di setiap rumah penduduk Republik Turki. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa Mustafa Kemal Attaturk adalah sosok yang sangat dihargai dan diidolakan. Ide-ide pembaharuan yang dilakukannya pantas menjadi sebuah model insfirasi yang dijadikan sebagai rujukan dalam membangun bangsa dan Negara.

E. Bagaimana Nasib Islam di Turki yang Sekuler
Mustafa kemal yang secara radikal menerapkan hukum-hukum sekuler secara dictator dan absolute, sebagai tuntutan undang-undang ketatanegaraan yang telah ditetapkannya berjalan dengan baik tampa suatu hambatan yang berarti. Islam yang telah mengakar sebagai kultur masyarakat oleh masing individu rakyat Turki juga tidak akan lekang, artinya negaranya sekuler dan rakyatnya teramat relegius inilah sebuah keunikan yang ada di Turki hingga saat ini. Islam telah menjadi hak privasi setiap warga masyarakat muslim Turki.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasakan kajian yang telah diuraikan dalam pembahasan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mustafa kemal dapat dikatakan sebagai seorang tokoh pembaharu yang memiliki ide pembaharuan dengan melakukan perubahan system pemerintahan kekhalifahan/kesultanan dengan nuansa yang Islami menjadi Negara dengan system Republik yang menganut prinsif republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionisme?
2. Paham sekularisme yang diterapkan Mustafa Kemal di Turki tidak serta merta meluluh lantahkan akar budaya/kultur keislaman yang telah mewarnai perilaku masyarakat Turki secara privat. Artinya Islam tetap menjadi keyakinan yang benar bagi mayoritas bangsa Turki
3. Ide pembaharuan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal di Turki pada dasarnya banyak memiliki nilai positif dalam penerapan hukum ketatanegaraan suatu Negara, bahkan ide-idenya sangat memberi warna pengembangan ilmu dan kajian khusunya pada prinsif menanamkan nasionalisme, dan pluralisme. Indonesia sebagai bangsa yang memiliki banyak suku di dalamnya sangat berkepentingan mengeksplor prinsif nasionalisme dan pluralism sebagai media pemersatu keutuhan bangsa.

B. Saran-saran
Makala ini jauh dari kesempurnaan, olehnya itu keritik dan saran perbaikan yang membangun demi kesempurnaan isi makala ini dengan tangan terbuka dan hati yang lapang penulis sambut.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadim Zullun. Kaifa Hudimat al-Khalifah (Konsfirasi barat meruntuhkan Khalifah Islamiyah). Penerjemah Abu Faiz, Jawa Timur; Al-Izzah, 2001

Abdullah ‘Azzam, ‘Al Manaratul Mafqudah’ (Majalah al Jihad, Pakistan, 1987)

Ahmad al-‘Usairy, Sejarah Islam (Jakarta : Akbar, 2004)

Ajied Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2004)

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2008)

Dale F. Eickelman dan James Piscatori, Politik Muslim Wacana Kekuasaan dan Hegemoni dalam Masyarakat Muslim, Penterjemah Endi Haryono, Yogyakarta; PT. Tiara Wacana Yogya, 1998

Erick J. Zurcher, Modern History of Turk (Sejarah Modern Turki), Penerjemah Karsidi Diningrat R., Jakarta; Gramedia Pustka Utama, 2003

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), Jakarta; Penerbit NV. Bulan Bintang, cet.2, 1982

http://dekcrayon.blogspot.com

http://dekcrayon.blogspot.com/2009/05/mustafa-kemal-attaturk-2.html

http://eramuslim.blogspot.com/, Siapa sebenarnya Mustafa Kemal Attaturk. Posting Senin, 28/09/2009

Majalah Al Mujtama’ Kuwait pada tanggal 25 Desember 1978 edisi 425-426

Mukti, Ali. Islam dan Sekuralisme di Turki (Jakarta: Pnerbit Djambatan, 1994)

Musrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2007)

ABUL KALAM AZAD (NASIONALISME INDIA)

NASIONALISME INDIA
ABUL KALAM AZAD
OLEH :
MURSYIDAH


BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah

Pada abad kesembilan belas,umat Islam India dapat dikatakan masih hidup dengan tradisi kebesaran dan kemegahan masa lalu. Tetapi pada abad kedua puluh,sebagian dari rakyat muslim India telah bangkit dengan visi yang bercampur aduk antara kebesaran masa lalu yang telah hilang dan impian kebesaran yang akan datang.
Jika kita membahas tentang pergolakan pemikiran Islam di India dan Pakistan juga di dunia Islam lainnya maka kita mengetahuai bahwa gerakan pemikiran itu tidaklah terjadi dalam kekosongan dorongan dari luar,kuat ataupun lemah,adalah erathubungannya dengan kebiasaan berpikir dan system ide yang ada dalam pikiran musim itu sendiri. Kita tidak bisa mengharapkan untuk dapat memahami pemikiran moderen dalam Islam,baik di India dan Pakistan maupun lainnya, kecuali kita harus memahami latar belakang dari ide-ide Islam yang ada. Untuk mengetahui pemikiran Islam moderen di India dan Pakistan, latar belakang yang paling memberi petunjuk adalah keadaan Islam pada abad kesembilan belas atau paling awal pada abad kedelapan belas. Tetapi itulah soal-soal yang menjadikan pengetahuan kta sangat terbatas karena kurangnya literatur. Para penulis memusatkan pembahasanya pada abad-abad pertama dari perkembangan ilmu kalam dan fiqhi dan timbulnya tasawuf dan tarikat. Setelah abad ketiga belas atau sekitar itu orang menduga bahwa dari seg agama ,Islam mengalami kemandekan yaitu tetap berada dalam bentuk yang dicetak oleh ulama-ulama dari abad-abad pembentukan sebelumnya, bahkan sering kali mereka beranggapan kalaupun ada perubahan,maka perubahan iyu berisi kemunduran.
Para pemimpin muslim India pada pertengahan abad kesembilan belas hidup dengan kehidupan yang baru ,berpikir dengan pikiran yang baru lain dari kehidupa dan pemikiran rang-orang tua dan nenek-moyang mereka. Sejarah ide Islam India pada waktu penjajaan inggris menggambarkan beberapa aspek yang stiap aspek berada sejajar dengan perkembangan baru dalam lingkungan social negeri itu .
Di antara sekian banyak tokoh pembaharu muslim di India Nama Abul Kalam Azad juga merupakan salah satunya, Beliau berusaha memperjuangkan Nasionalisme India meskipun hasilnya tidak semaksimal yang beliau harapkan.

B. Rumusan Dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka penulis dapat memberikan rumusan dan batasan masalah sebagai berikut:
1. Siapakah Abul Kalam Azad itu ?
2. Sejauh manakah peran Abul Kalam Azad dalam memperjuangkan Nasinalisme India ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Abul Kalam Azad
Waktu kecilnya Abul Kalam Azad adalah anak yang penuh dengan misteri,pengagum-pengagumnya telah berusaha dengan segala kekuatan untuk menjadikannya seorang leendaris, yang kemngkinan agak berlebihan dalam usahanya tersebut. Umpamanya ,tidak jelas siapa nama dia yang sebenarnya, kadang-kadang ia dipanggil Ahmad dan kadang-kadang Muhyiddin. Tetapi dalam surat pertamanya ditemukan ia menandatanganinya dengan nama “ Ghulam Muhyiddin”. Dari sedikit informasi yang tersingkap ke khalayak umum,mungkin untuk mengambil kesimpulan bahwa ayahnya seorang ulama juga seorang pir ( Syaikh tarikat ),meninggalkan Bombay pada abad ke-19 kemudian menetap di mekkah. Dan di sana Abdul Kalam Azad dilahirkan pada tahun 1888. sepuluh tahun kemudian ayahnya kembali ke India dan menetap di Calcutta karena ia mempunyai banyak tarekat di Bengali Timur.Azad dibesarkan dalam suasana agama dan dididik pada pendidikan Islam kuno .
Didikan pertama diperolehnya di Mekkah dan didikan selanjutnya di Al-Azhar di Cairo. Setelah orang tuannya meninggal ia pergi k India dan menetap di sana untu selama-lamanya.Dari perguruan-perguruan di Mekkah dan Cairo ia hanya memperoleh pengetahuan bahasa arab dan agama. Kepada pengetahuan ini ia tambahkan pengetahuan bahasa Inggris dan ilmu-ilmu pengetahuan modern Barat,yang dipelajarinya atas usaha sendiri setelah belarada di India. Ia idak ingin menjadi ulama seperti orang tuanya,tetapi bercita-cita menjadi pengarang da politikus.
Ayah Azad adalah salah seorang Syaikh tarekat yang brpengaruh, yang dalam dunia spiritual sejajar dengan aristocrat dalam hal-hal duniawi. Apabila mau,ia bisa hidup dengan nyaman dari hadiah-hadiah dan kebaktian-kebaktian dari muri-murid ayahnya. Tetapi anak muda yang percaya diri ini menyimpang dari jalan ayahnya. Pada usia yang muda ia sudah berketetapan hati untuk berjuang dengan penanya. Dalam segala hal,ia merupakan anak yang cerdas. Ia ingin menulis riwayat hidup Al-Gazali pada waktu ia berumur dua belas tahun. Dua tahun kemudian ia menulis artikel-artikel ilmiah di Makhzan, majalah sastra yang paling baik pada waktu itu. Salah satu artikel-artikel itu (dan ini adalah khas sekali) adalah mengenai kekuatan dan pengaruh surat kabar dan tulisannya yang lain adalah artikel bersambung yang ia sanggupi tenang sejarah puisi persia. Ia juga mulai menghadiri pertemuan-pertemuan nasional,dan orang-orang yang hadir di situ heran melihat anak muda ajaib yang masih ingusan itu, melihat pembahasan sastranya yang serius mereka menyangka bahwa pasti orang itu adalah orang dewasa, tapi nyatanya mereka berhadapan dengan anak yang baru berumur enam belas tahun

B. Abul Kalam Azad Dan Nasionalisme India.
Di Zaman kekuasaan Inggris muncul sejumlah pemikir muslim yang memperjuangkan kemajuan umat Islam melalui pemurnian, pembaharuan pemikiran dan berbagai gagasan untuk melepas diri dari belenggu penjajahan dari sejumlah pemikir Abul Kalam Azad adalah salah satunya.
Peranannya dalam lapangan pemikiran pembaharuan dalam Islam kurag menonjol jika diperbandingkan dengan kegiatnnya dalam bidang politik. Penilis-penulis menyebut bahwa dimasa mudanya ia adalah seorang pan-Islamis dan kemudian berobah menjadi nasonalis India yang berpengaruh kepada golongan intelegensia Islam India adalah Abul Kalam di masa mudanya. Pemikirannya dalam bidang agama tidak seliberal pemikira Ahmad Khan, sebagai murid Sibli ,Pembaharuannya kelihatan bersifat moderat, tujuannya seperti tersebut dalam Al-Hilal ialah melepaskan umat Islam dari pemikiran-pemikiran abad pertengahan dan taklid. Ia menganjurkan kembali kepada al-Qur`an dan untuk keperluan ini ia terjemahkan al-Qur`an kedalam bahasa urdu dengan diberi tafsiran. Al-Qur`an harus dipahami sebagaimana ia terlepas dari pemikiran ahli hukum,sufi,teolog,filosof dan sebagainya.
Kemunduran umat Islam selain disebabkan oleh dogmatisme dan sikap taklid tersebut juga disebabkan oleh keadaan umat Islam tidak lagi seluruhnya menjalankan ajaran-ajaran Islam. Kebangkitan umat Islam dapat diwujudkan selain dengan melepaskan diri dari faham-faham usang,juga dengan melaksanakan ajaran Islam dalam segala bidang kehidupan umat dan kekuatan umat Islam akan timbul kembalidengan memperkuat tali persaudaraan dan pesatuan umat Islam seluruh dunia.
Sebagai nasionals India ia mempunyai pengaruh terutama dikalangan umat Hindu. Ia diharapkan akan dapat menarik golongan Islam India ke pihak partai kongres. Ia memang tidak segan-segan mengkritik Gerakan Algarh. Pendidikan moderan yang dibawah Sayyed Ahmad Khan hanya menghasilkan orang-orang yang berjiwa pegawai dan tunduk serta patuh pada Inggis. Sikap anti nasionalisme India tidak ada pertentangan. Semua umat manusia bersaudara dan darah seorang Islam.Rasa umat Islam terhadap mayoritas Hindu, menurut pendapatnya tidak mempunyai dasar. Jika umat Islam ingin tetep hidup dan tinggal di India ,mereka harus memeluk orang hindu sebagai tetangga dan saudara.dan jika umat Islam masih curiga dan takut pada merdeka ,Umat Islam haruslah tahan dijajah oleh bagsa dari luar. Tetapi ajaran Islam demikian menjelaskan lebih lanjut sekali-kali tidak membolehkan umat Islam mengorbankan kemerdekaan, untuk kesenangan hidup. Umat Islam harus bekerja sama dengan saudara-saudaranya dari golongan Hindu,Sikh, Parsi dan Kristen untuk membebaskan tabnah air dari perbudakan. Umat Islam harus berjuang untuk memperoleh hak dan kemerdekaan mereka. Kemerdekaan tanah air India sudah menjadi tujuan nasional dan Abul Kalam akan hidup untuk mencapai tujuan nasional itu. Jalan untuk mncapai tujuan itu, menurut pendapatnya bukanlah meminta-minta dengan mengirim petisi dan delegasi. Lawan yang dihadapi mempunyai kedudukan dan peralatan yang kuat. Terhadap lawan yang demikian sikap lembut tidak berarti dan haruslah dipakai sikap tekanan dan kekerasan. Pernah dikatakan bahwa tujuan Al-Hilal antara lain ialah menggerakkan umat Islam India untuk bangkit melepaskan diri dari kekuasaan asing.
Tulisan-tulisan Abul Kalam mempunyai pengaruh yang langsung pada kehidupan agama uamt muslim India. Sudah barangtentu sebagian besar dari mereka itu tidak pernah bersikap masa bodoh terhadap agama. Dan beberapa tahun sebelum terbitn Al- Hilal.Viqarun Mulk tela mulai dari Aligarh suatu era kehidupan agama yang ortodoks(Sunni) dan kekerasan dalam melaksanakan ajaran agama yang pengaruhnya tidak kecil terhadap sikap generasi muda. Tetapi Abul Kalam mendekati masalah ini dengan semangat baru,dan membawa kepada pendapatnya untuk menjadikan agama sebagai dasar bagi semua hal dengan bantuan pena yang sangat kuat. Ini membawa kepada kebangkitan agamis dan dalam suasana iman dan antusiasme yang baru,sikap apologetik Sayyid Ahmad Khan terhadap beberapa aspek dalam Islam dan usahanya untuk mnysuaikan Islam dengan sains moderen,kehilangan daya tariknya.
Abul Kalam menekankan bahwa “Politik” dan “Agama” adalah kembar dan sudah tentu hal ini membawa kepada para pemimpin agama untuk menaruh perhatian lebih besar kepada politik kebaikan pengaruh perkembangan inin baik agama maupun politik ditantang bahkan dalam kolom-kolom Al-Hilal sendiri. Ditekankan oleh seorang koresponden yang berpengauh bahwa ketekunan para pemimpin agama dan politik akan mempunyai pengaru jelek terhadap kegiatan-kegiatan agama. Dari pengalaman menunjukkan bahwa dalam politik ulama cenderung hanya mengikut dari para ahli politik dalam masalah-masalah politik itu lebih hidup bagi massa pada umumnya dan Azad menerima dukungan yang sangat kuat dari bagian komunitas yang berpengaru.
Dalam masalah politik dalam negeri, Abul Kalam Azad tidak langsung menentang pendapat Vikarul Mulk, bahwa umat Muslim harus meneruskan untuk mempunyai tempat berpijak tersendiri.Ia jarang sekali menulis tentang masalah ini, dan orang akan kehilangan jejak jika meneliti jilid-jilid yang besar dari Al-Hilal untuk menemukan satu artikel pun tentang “ Hubungan Hindu - Muslim”atau subyek seperti “Hari depan umat muslin India”. Editor Al-Hilal tampak tidak tertarik untuk membicarakan masalah umat muslim India, tapi salah satu artikel tentang kontroversi kontemporer menunjukan catatan-catatan yang kuat tentang masalah hindu-muslim yang menjadi penting pada akhir sejarah kehidupan Maulana Abul Kalam Azad. Dalam satu artikel yang membahas tentang pindah agamanya (conversi) orang-orang Hindu menjadi Muslim,ia menulis:
“ Tidak ada perlunya untuk takut kepada oranorang Hindu . engkau harus takut hanya kepada Allah, engkau adalah tentara Allah,tetapi engau melepaskan baju seragam yang diberikan oleh Allah kepadamu, pakailah baju seragam itu dan seluruh dunia akan takut kepadamu. Apabila engkau ingin tetap di India dan tetap ingin hidup,maka kau harus memeluk tetangga-tetanggamu. Engkau telah melihat hasil dari sikap menjauhkan diri dari mereka,sekarang ini kau harus bekerja sama dengan mereka. Apabila ada gangguan dari pihak mereka ,jangan dihiraukan. Kau harus melihat kedudukanmu dalam bangsa-bangsa di dunia. Engkau adalah wakil Tuhan di bumi. Begitulah maka seperti tuhan kau harus melihat segala sesuatu dari atas ,sekalipun bansa-bangsa lain tidak bersikap manis terhadap kau, kau harus bersikap baik terhadap mereka. Yang tua memberikan maaf kepada kesalahan akan muda. Mereka tidak akan melawan dan tidak menerit sekalipun mereka disiksa oleh anak-anak muda itu!”

Telah dilihat bahwa banyak di antara umat Islam yang tidak sepaham dengan Abul Kalam tentang ide nasionalisme India dan politik bersatu dengan mayoritas umat hindu dalam satu negara. Untuk menghadapi umat Islam dan organisasi tersebut, Abul Kalam melihat perlunya kekuatan Islam yang ada di partai Kongres di satukan. Untuk itu dibentuklah di tahun 1929 Kelompok Nasionalis Islam da partai Kongres, yang diketahui oleh Abul Kalam sendiri. Tujuan kelompok ialah membangkitkan jiwa patriotisme dikalangan umat Islam India dan mencari penyelesaian tentang perbedaan faham dan tujuan antara umat Islam dan Umat Hindu.
Usaha yang dijalankan Abul Kalam Azad itu tidak membawa hasil .Umat Islam tidak bisa menghilangkan kecurigaa mereka terhadap Hindu, apalagi setelah ternyata bahwa orang-orang partai kongreslah ,sebagai hasil pemilihan tahun 1937, yang berkuasa di daerah-daerah. Liga muslimin tidak dihargai dan Umat Islam erasa kedudukan mereka menjadi tedesak. Di kalangan nasionalis Islam yang bergabung dengan partai kongres ada yang sudah kurang tertarik pada ide nasionalisme India. Sungguhpun demikian Abul Kalam tetap pada pendirian dan peruangannya untuk mencapai kemerdekaan India ,Ia yakin bahwa problem Islam –Hindu akan dapat diselesaikan setelah tercapainya kemerdekaan.
Perkembangan selanjutnya dari pembaharuan dan politik India ,tidak membawa kepada apa yang dicita-citakan Abul Kalam Azad. Yang tercapai bukanlah kemerdekaan India yang utuh tetapi pecahnya India menjadi dua negara, negara unat Islam dan negara umay Hindu.
Dari apa yang telah di paparkan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap pembaharuan yang dilakukan tidaklah serta merta dapat diterima oleh orang-orag setempat hal ini disebabkan berbedanya dalam memehami ajaran Islam, Oleh karenanya Umat Islam harus kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, Segala bid`ah yang tidak sesuai dengan Islam dan yang membawa kepada kemunduran dan kelemahan Umat Islam harus dibuang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu maka. Penulis dapat menarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Abul Kalam Azad dapat dikatakan sebagai seorang tokoh pembaharuan Islam di India yang memperjuangkan Nasionalisme masyarakat India.
2. Peranan Abul Kalam Azad dalam menyatukan antara umat Islam Dan umat Hindu Tidaklah berjalan sesuai apa yang diharapkannya hal ini di sebabkan adanya faktor kecurigaan dari masing-masing pihak serta kebanyakan dari mereka telah meninggalkan ajaran murni setiap agama.

B. Saran

Makalah yang ada ditangan para audiens saat ini masih sangat jauh dari arti kesempurnaan olehnya itu, penulis mengharapkan masukan serta arahan dari rekan-rekan khususnya kepada dosen pemandu mata kuliah,demi kesempurnaan makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA

Ali,Mukti, Aliran Pemkiran Modern dalam di India dan Pakistan, Bandung: Mizan,1993
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Houeve, 1997
Nasution Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerak,Jakarta: Bulan Bintang,1982
Encylopedia Of Islam and The Muslim World, Thompson Gale,2004

IDE – IDE PEMBAHARUAN SIR SAYYID AHMAD KHAN

IDE – IDE PEMBAHARUAN SIR SAYYID AHMAD KHAN
Oleh
SULTAN PAWAKKANG


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ide pembaharuan Islam yang tercetus sejak awal abad ke – 13 H (19 M), semakin mendapatkan tempatnya di era ini. Era pasca modernisme sebagai lanjutan dari fase modern banyak memberikan peluang bagi setiap pemikiran untuk berkembang. Termasuk diantaranya adalah ide pembaruan Islam, yang menyuarakan gagasan – gagasan yang cukup memberikan suasana baru di dunia Islam, termasuk India yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini. Berbagai fenomena pascamodernisme terus melaju mengisi setiap sisi kehidupan. Warna relatifisme dan pluralisme menciptakan ruang – ruang yang lebar bagi berkembangnya ide – ide pembaharuan. Ide yang cukup relevan karena dianggap bersifat kritis dan korektif terhadap konsep apapun termasuk teks – teks keagamaan yang telah mapan. Para pemimpin Muslim India pada pertengahan abad ke – 19 hidup dalam kehidupan baru, berfikir dengan fikiran baru, lain dari kehidupan dan pemikiran orang – orang tua dan nenek – moyang mereka. Sejarah ide Islam India pada waktu penjajahan Inggris menggambarkan beberapa aspek, yang setiap aspek berada sejajar dengan perkembangan baru dalam lingkungan sosial negeri itu. Dua aspek merupakan reaksi, dalam beberapa hal sangat keras, terhadap perkembangan baru itu. Sedangkan aspek – aspek yang lain merupakan adaptasi yang konstruktif dari Islam terhadap proses sosial. Di dunia Islam khususnya di India, sebagian kalangan menganggap ide tersebut perlu mendapat dukungan kuat. Sebagian yang lain menganggapnya sebagai bahaya besar bagi perjuangan kebangkitan umat Islam. Para orientalis dengan penuh optimistis menggantungkan harapan besar pada gerakan – gerakan pembaharuan ini. Bahkan mereka menyusun langkah – langkah khusus untuk mendorong kaum Muslimin agar berinisiatif dan aktif dalam upaya pembaharuan tersebut. Terkikisnya pemahaman Islam yang hakiki terus berlanjut sampai awal abad ke – 13 H. Saat itu umat Islam mulai mengupayakan pembaharuan untuk memahami syariat Islam yang akan diterapkan dalam masyarakat. Islam ditafsirkan tidak semata – mata selaras dengan isi kandungan nash – nash. Disaat kaum Muslimin mengalami kemerosotan berfikir, cara pandang mereka mulai teracuni oleh cara pandang asing. Tsaqofah Islam kian melemah. Upaya – upaya pembaruan semakin merebak. Para pembaharu memandang perlunya mengatasi masalah dengan melakukan interpretasi hukum – hukum Islam agar sesuai dengan kondisi yang ada. Mereka mengeluarkan kaidah – kaidah umum dan hukum – hukum terperinci sesuai dengan pandangan tersebut. Bahkan mereka membuat perspektif wahyu (al – Qur’an dan Hadits). Sebagai langkah untuk membangkitkan kembali umat Islam khususnya di India, Sir Sayyid Ahmad Khan mengemukakan tiga langkah yang harus ditempuh, yaitu : bekerjasama dalam bidang politik, mengambil ilmu – ilmu kebudayaan Barat, dan menafsir ulang Islam dalam bidang pemikiran.

B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
a. Siapakah Sir Sayyid Ahmad Khan?
b. Apa saja ide – ide pembaharuan Sir Sayyid Ahmad Khan?
2. Batasan Masalah
Untuk memudahkan penulis dalam membahas masalah pokok yang menjadi inti permasalahan pada pembahasan ini, maka penulis terlebih dahulu akan membatasi permasalahan yang akan dibahas. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Pada dasarnya, sangat banyak tokoh – tokoh pembaharuan yang ada di India. Namun yang menjadi pembahasan dalam makalah ini hanya terbatas pada seorang tokoh yang sangat terkenal di India, yaitu Sir Sayyid Ahmad Khan.
b. Adapun ide – ide pembaharuan Sir Sayyid Ahmad Khan dalam pembahasan ini adalah ide pembaharuannya dalam bidang politik, pendidikan dan bidang sosial keagamaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sir Sayyid Ahmad Khan
Sir Syed Ahmed Khan , also Sayyid Ahmad Khan lahir tanggal 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817 Masehi di kota Delhi. Ia dilahirkan dari keluarga terhormat di kota Delhi yang melalui garis kedua orang tuanya berhubungan dengan pemerintahan Mughal. Pada masa anak – anak ia mempunyai kesempatan mengikuti nasib istana Mughal berangsur – angsur runtuh . Ia biasa dipanggil dengan Sir Sayyid. Sebutan Sir ia dapatkan dari bangsa Inggris atas jasa – jasanya terhadap Inggris. Sedangkan sebutan Sayyid karena ia masih keturunan langsung nabi Muhammad SAW. Ia merupakan keturunan dari Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah . Ayahnya bernama Mir Muttaqi adalah seorang pemimpin agama, tetapi karena keturunan Sayyid maka ia juga memperoleh pengaruh besar dan juga sangat dihormati oleh raja Mughal pada waktu itu, Akbar Syah II. Pada waktu Sayyid Ahmad lahir, bapaknya membawa dia kepada Syaikh Ghulam Ali, sahabat kental ayahnya yang pada waktu itu sebagai syaikh dari tarikat Mujaddidi. Syaikh itu kemudian memberikan nama Ahmad. Pada waktu anak itu mulai besar sampai kepada umur pergi ke sekolah, pertama – tama ia dibawa kepada Syaikh Ghulam Ali, yang mengajarnya huruf Arab . Ahmad Khan mendapat pendidikan formal pertama kali disebuah maktab (mungkin kalau di Indonesia semacam madrasah diniyah), yaitu lembaga pendidikan Islam tradisional yang khusus mengajarkan ilmu agama. Di Maktab ini ia belajar bahasa Parsi, bahasa “beradab” bagi muslim India pada waktu itu, dan juga berhitung . Boleh dibilang pendidikan formal yang diperolehnya pada waktu ia kecil tidaklah demikian mendalam dan sistematis. Ia lebih banyak mendapat bimbingan dari ibunya, seorang wanita yang bijaksana, yang mengasuhnya dengan sungguh – sunguh, sehingga ia memperoleh pengetahuan yang cukup tentang beberapa ilmu pengatahuan yang biasa diajarkan di madrasah – madarasah muslim pada waktu itu . Selain itu, ia seorang anak yang sangat rajin membaca berbagai ilmu pengetahuan. Dan ditambah pengetahuannya tentang masalah – masalah kenegaraan (ilmu pemerintahan). Pengenalannya dengan kebudayaan barat diperolenya dari sang kakek dari pihak ibu, Khawaja Fariduddin, yang pernah menjadi Perdana Menteri di Istana Mughal masa Sultan Akbar II selama delapan tahun . Pada awalnya ia bekerja di The East India Company, kemudian dipindahkan ke bagian Criminal Departmen di bagian New Delhi. Pada tahun 1846, setelah lima tahun bekerja sebagai musnif di Fatihpur Sikri distrik Agra, ia dipindahkan ke Delhi, kota kelahirannya. Pada tanggal 10 Mei 1857, ketika terjadi pemberontakan terhadap kolonial Inggris, saat itu ia berada di daerah Bignapur, sebagai seorang pegawai peradilan. Ia tidak ikut memberontak, bahkan ia banyak membantu melepaskan orang – orang Inggris yang teraniaya dalam pemberontakan tersebut. Karena jasa – jasanya itulah ia di beri gelar Sir oleh Inggris . Sir Sayyid Ahmad Khan sakit pada tanggal 24 Maret 1898, dan dua hari kemudian dengan berkomat – kamit membaca ayat – ayat al - Qur’an ia meninggal dunia . Ahmad Khan telah tiada, namun sampai kini gagasan – gagasannya masih banyak diualas oleh akademisi dan para ilmuan. Pandangan yang sangat mendasar dari Ahmad Khan adalah tentang keterbelakangan masayarakat muslim India. Menurut analisanya umat Islam di India sangat terbelakang bila dibandingkan dengan peradaban Barat karena ia tidak mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi diakibatkan oleh kejumudan pemikiran umat Islam pasca abad pertengahan, sehingga untuk melawan keterbelakangan maka yang harus dilakukan umat Islam adalah menghidupkan dan mengembangkan kembali pemikiran rasional agama zaman klasik, dengan perhatian yang besar pada sains dan tehnologi.

B. Ide – Ide Pembaharuan Sir Sayyid Ahmad Khan
1. Ide – pembaharuannya dalam Bidang Politik
Pada tahun 1857 ketika Sayyid Ahmad Khan genap berusia 40 tahun, terjadi satu fase baru dari kepribadiannya yang serba – segi itu terungkap. Pada waktu itu terjadi kekacauan politik besar terjadi yang dimulai dengan pemberontakan Angkatan Darat India terhadap pemerintahan Inggris di India yang kemudian merambah pada penduduk sipil. Menurut Sayyid Ahmad Khan, sebab pokok yang akhirnya membawa kepada pemberontakan besar tersebut adalah tidak adanya orang India yang mewakili pandangan India pada tingkat atas badan – badan yang memerintah negeri tersebut. Ia menyatakan:
“Sebagian orang setuju… adalah sangat sesuai bagi kebahagian dan kemakmuran pemerintah jika rakyat harus mempunyai suara dalam Badan – badan Perwakilannya” .
Ia membuka dengan jelas segala kejelekan yang disebabkan karena tidak adanya orang India di Dewan Legslatif, tidak mengertinya Dewan tersebut tentang pandangan yang sebenarnya mengenai orang – orang India. Selanjutnya ia menunjuk kepada campur tangan pemerintah dalam soal agama: “Tidak ada kebimbangan sedikitpun pada semua orang, baik bodoh maupun pandai tinggi atau rendah pangkatnya mempunyai keyakinan yang kukuh bahwa pemerintah Inggris condong untuk campur tangan dengan agama mereka dan adat kebiasaan mereka yang telah ada sejak lama ”. Ia juga mengeluh mengenai tidak adanya pergaulan dan komunikasi antara orang Inggris dan sebagian orang India . Ia merenungkan tragedi yang menimpa negerinya, dan mendapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut disebabkan karena kebodohan. Oleh karena itu ia bertekad untuk mulai mendidik orang yang memerintah dan yang diperintah, dan menghilangkan sebab – sebab yang memungkinkan pertentangan dan salah paham. Tugas pertama ia mulai dengan bukunya Causes of the Indian Revolt, dan ia teruskan sepanjang hidupnya dengan mengajukan pikiran – pikiran rakyatnya dengan berani. Untuk tujuan inilah maka pda tahun 1866, ia mendirikan British Indian Association” di Aligahr yang digambarkan sebagai pendahulu Kongres Nasional India, dan meskipun baru saja berdiri telah dapat melahirkan pelbagai macam pandangan yang berguna dan efektif bagi Parlemen Inggris dan Pemerintah di India mengenai kesulitan – kesulitan yang dihadapi rakyat India. Sayyid Ahmad Khan juga mengetahui bahwa pemberontakan tersebut dikatakan sebagai pemberontakan Muslim, dan umat Muslim ditindas dengan kekerasan. Ia berusaha untuk membetulkan kesan yang salah dari pejabat – pejabat Inggris… Namun secara politis, ia tetap melayani Inggris, dan pernah menjadi anggota Dewan Gubernur Jenderal, beberapa kali menjadi anggota komisi pemerintah dan terus mengembangkan loyalitas dari umat Islam kelas menengah di India Utara. Lebih dari itu, ia kemudian mendirikan Muhammadan Educational Conference yang segera berkembang menjadi organisasi yang sangat baik dan memperoleh dukungan dari banyak pihak, dan cabang – cabangnya segera tumbuh di kalangan masyarakat Islam India. Konferensi ini menjadi alat penyiaran ide – ide Sir Sayyid Ahmad Khan dalam bidang sosial dan agama . Selain itu, Ahmad Khan juga mendirikan organisasi yang bersifat politik, yaitu Muhammadan Defence Association, yang tujuannya adalah melindungi anggota – anggotanya dari saingan golongan yang kuat dan lebih maju . Dalam keseluruhannya tidak diragukan lagi bahwa Sir Sayyid Ahmad Khan adalah orang yang menghabiskan umurnya untuk kesejahteraan masyarakat Muslim India dengan membina agama dan moralitas, serta loyal kepada bangsa yang memerintah mereka, yaitu Inggris.
2. Ide – pembaharuannya dalam Bidang Pendidikan
Di India pendidikan modern yang dibawa oleh Inggris pada awal abad ke – 19 telah menimbulkan dualisme sikap masyarakat Muslim. Yaitu sikap antagonis (menolak) dan sikap akomodatif (menerima) . Sikap penolakan ditunjukkan oleh sebagian besar umat Islam India, terutama para pengelola lembaga pendidikan Islam tradisional yang khusus mengajarkan ilmu – ilmu agama. Penolakan tersebut, karena meraka beranggapan apa yang dibawa oleh Inggris tidak cocok diikuti umat Islam, sebab pendidikan modern Inggris mengabaikan bidang studi dan tradisi keilmuan Islam.
Sebagian lain masyarakat Islam dapat menerima dengan lapang dada sistem pendidikan modern Inggris tersebut. Mereka berkeyakinan bahwa ilmu pengetahuan dan tehnologi modern yang dibawa oleh Inggris dan diajarkan pada lembaga – lembaga pendidikan Inggris tersebut merupakan sarana yang dapat membawa kemajuan umat Islam India. Sebab mereka menyadari India sangat ketinggalan jauh dengan Inggris dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Salah satu tokoh yang mendukung sikap ini adalah Ahmad Khan. Ia berpandangan bahwa saat ini umat Islam harus kembali ke teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah seperti pada zaman Islam klasik. Ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat di Barat perlu dikuasai oleh umat Islam. Sebab ilmu pengetahuanlah yang akan mampu menghidupkan kembali orientasi keduniaan umat yang telah hilang sejak zaman pertengahan. Untuk mengusai pengetahuan dari Barat tiada lain jalan yang ditempuh adalah dengan mengakomodasi pikiran – pikiran modern termasuk pendidikan yang dibawa oleh Inggris. Pada tahun 1869, bersamaan dengan kepergian anaknya ke Inggris untuk melanjutkan studinya, ia juga pergi ke Inggris. Kepergiannya ini adalah semata – mata untuk memenuhi keingintahuannya yang sudah lama yaitu mempelajari sendiri sumber – sumber kekuatan Inggris, dengan harapan dapat mewujudkan cita – citanya menciptakan negara India yang kuat dan makmur, dapat mengikuti perkembangan zaman modern serta dapat menduduki tempat mulia dalam masyarakat dunia . Ia sadar bahwa jika rakyat tidak menerima pendidikan modern yang cukup maka keadaan mereka tidak akan tambah baik, dan tidak bisa menduduki kedudukan – kedudukan terhormat di antara bangsa – bangsa di dunia . Sekembalinya dari Inggris, ia merasa mendapat kekuatan baru yang lebih meyakinkan anggapannya bahwa selama ini ketertinggalan India dari bangsa Barat adalah karena faktor mental, Inggris memiliki mental yang kuat dalam segala hal. Dan untuk merubah mental masyarakat India harus dilakukan revolusi pemikiran dengan meninggalkan ide – ide dan kebiasaan – kebiasaan lama dan menerima tuntutan zaman modern. Bersamaan dengan itu ia mulai merintis berdirinya perguruan tinggi Islam modern. Perlu diterangkan di sini bahwa ada beberapa kelompok yang menentang pikiran – pikirannya. Yang pertama adalah jelas bahwa dia tidak memperoleh dukungan dari petani yang sebenarnya merupakan sembilan persepuluh dari penduduk India. Penduduk pedesaan sama sekali tidak mengerti tentang ide yang dilancarkan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan. Kedua, ia ditentang oleh tingkatan yang lebih atas dari masyarakat kuno India yang mereka itu bebas, tetapi tidak mengabaikan Sir Sayyid Ahmad Khan juga tidak bebas mendukungnya. Kelompok ini adalah kelompok kecil dari penduduk kota, dan terutama para ulama yang biasa mengajarkan agama dengan bahasa Parsi. Mereka menganggap bahwa pembaharuan yang dilakukan Sir Sayyid Ahmad Khan dan terutama bahasa Inggrisnya, mengancam kedudukan mereka, baik secara idologis maupun ekonomis . Usaha pokok Sayyid Ahmad bagi penyiaran ilmu (sebelum ia mendirikan perguruan tinggi Aligarh) adalah berdirinya The Scientific Society yang asalnya terkenal sebagai The Translation Society yang dimulai di Ghazipur pada bulan Januari 1864. Pada waktu mulai membuka sekolahan dan menentukan kurikulumnya, ia menyadari bahwa bahasa – bahasa India kurang mempunyai literatur yang berguna mengenai ilmu – ilmu yang dibahas dengan bahasa – bahasa Barat. Cita – cita Ahmad Khan untuk mendirikan Perguruan Tingi akhirnya terwujud dengan diletakkannya batu pertama pembangunan gedung perguruan tinggi tersebut oleh Gubernur Jenderal Lord Lotion (raja muda waktu itu) pada tanggal 8 Januari 1877 di kota Aligarh. Perguruan tinggi tersebut diberi nama Muhammadan Anglo Oriental College, yang lebih dikenal dengan Aligarh College . Perguruan tinggi ini adalah proontoh – Inggris. Ia mencontoh perguruan tinggi Oxford dan Cambridge, bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris, kurikulumnya adalah kurikulum Barat dengan ditambah mata kuliah Agama Islam, dan dekan serta banyak dosennya adalah orang – orang inggris . Aligahr College adalah Karya besar Ahmad Khan dalam bidang pendidikan. Aligarh merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang dikembangkan olehnya dari hasil studi panjangnya di Inggris. Sistem pendidikannya berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang ada pada waktu itu. Perbedaan tersebut nampak dalam hal materi dan tujuan pendidikan . Dari segi materi Aligarh memasukkan pengetahuan umum (ilmu pengetahuan umum dan tehnologi) dalam pembelajarannya, padahal pada era tersebut India sama sekali tidak memiliki satu lembaga pendidikan Islam yang memasukkan ilmu – ilmu umum dalam daftar mata pelajarannya . Sayyid Ahmad Khan tahu kebencian umat Islam terhadap orang – orang Kristen, tetapi bagaimanapun juga mereka harus memperoleh pendidikan Barat. Dalam prospektus perguruan Aligarh itu dengan jelas dinyatakan “ Untuk mendirikan Perguruan Tinggi yang di dalamnya umat Islam bisa memperoleh pendidikan Inggris tanpa merugikan agama mereka” . Dengan memberikan pelajaran umum ini Ahmad Khan menginginkan hilangnya dikotomi ilmu yang ada pada benak dan pikiran masyarakat Islam India. Terlihat dari penyusunan cabang ilmu pegetahuan yang diajarkan di Aligarh. Dalam susunan itu ilmu – ilmu agama dijadikan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, bukan menjadi cabang tersendiri yang terpisah dari ilmu pengetahuan yang lain. Ahmad Khan tidak menginginkan adanya keterpisahan ilmu pengetahuan dalam pandangan umat Islam India. Dari sudut tujuan, Aligarh College memiliki tujuan yang berbeda dengan lembaga pendidikan Islam mainstrem. Ia memiliki tujuan membentuk ulama intelek, yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang pengetahuan agama dan juga mahir dalam ilmu pengetahuan umum. Dengan demikian diharapkan lulusan Aligarh College memiliki intelegensia yang tinggi dan adaptif dengan perkembangan zaman dan peradaban modern dengan kepribadian Muslim.
3. Ide – pembaharuannya dalam Bidang Sosial Keagamaan
Secara agamis, pandangan Sayyid Ahmad Khan sebagian dapat dilihat dari tulisan – tulisannya. Bukunya Essay on the Life of Mohammed, juga berisi jawaban – jawaban terhadap kritik Barat. Buku itu ditulis untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama terhormat dinilai dari ukuran – ukuran Barat Modern. Ia sendiri menyerap jiwa kebudayaan Barat terutama rasionalismenya. Pikirannya tidak mau terbelenggu oleh otoritas hadits dan fiqhi. Semua itu diukur dengan kritik rasional. Akibatnya ia menolak semua hal yang bertentangan dengan logika dan hukum alam. Dengan begitu ia sudah barang tentu menolak otoritas lama (taqlid).
Dalam lapangan agama, ia berusaha untuk menunjukkan persamaan dasar antara Islam dan Kristen, dan dengan itu menganjurkan kerukunan hidup antara kedua pemeluk agama tersebut. Ia menulis uraian untuk mempertahankan pendapat dibolehkannya hubungan antar orang Islam dan orang Kristen dari segi agama.
Pada waktu perguruan tinggi Aligarh didirikan, ia menyetujui untuk menyerahkan semua masalah agama tersebut kepada Komite Ulama – ulama Muslim Ortodoks dan berjanji tidak campur tangan dalam urusan tersebut. Dengan pembagian kerja seperti itu, maka segi – segi kerohanian Perguruan Tinggi tersebut memperoleh dukungan dari pribadi yang dinamis, tetapi Sayyid Ahmad tetap melaksanakan pembagian kerja tersebut. Ia bukan hanya menyerahkan urusan agama dari Perguruan Tinggi tersebut berjalan sendiri, tetapi juga tidak membolehkan karangan – karangannya yang kontroversial jatuh ke tangan mahasiswa – mahasiswanya. Tetapi di luar Perguruan Tinggi ia tetap meneruskan kegiatan – kegiatannya.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa al-Quran merupakan satu – satunya asas untuk memahami Islam. Hal ini ia dasarkan pada perkataan Umar Ibnu Khathab, "Cukuplah bagi kita kitabullah". Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka untuk memahami al-Qur’an tidak mungkin bersandar pada al-Qur’an menggunakan penafsiran kontemporer. Ia berpendapat bahwa ayat – ayat muhkamat bersifat asasi atau mengandung dasar – dasar aqidah, sedangkan ayat – ayat mutasyabihat menerima lebih dari satu penafsiran yakni mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Perubahan terjadi setiap saat, ilmu pengetahuan dan pengalaman manusia bertambah. Oleh karena itu untuk menghadapi perubahan tersebut harus terjadi perubahan pemahaman manusia terhadap ayat – ayat mutasyabihat. Karena boleh jadi akan ada penafsiran lain yang lebih sesuai dengan ilmu pengetahuan alam manusia masa kini .
Menurut Ahmad Khan, hanya al-Quran yang menjadi asas dalam memahami agama, sedangkan hadits yang dapat dijadikan sebagai sandaran hanyalah hadits – hadits yang sesuai dengan nash dan ruh al-Quran, yang sesuai dengan akal dan pengalaman manusia dan yang tidak bertentangan dengan hakekat sejarah. Bahkan setiap hadits yang bertalian dengan masalah dunia hanya berlaku khusus bagi kondisi dan keadaan bangsa Arab pada masa nubuwah, dan tidak mengikat bagi seluruh kaum muslimin .
Tampaknya poin terpenting yang dinafikan Ahmad Khan adalah dalam menerima hadits. Ia berpendapat perkara – perkara agama bersifat tetap, sedangkan perkara – perkara dunia berubah – ubah. Sampai disini dapat disimpulkan bahwa menurut Ahmad Khan, hadits – hadits tidak diterima sebagai sumber hukum diera setelah masa kenabian. Ia pun akhirnya menyangsikan kelayakan pendapat – pendapat fuqaha dahulu untuk diterapkan pada masa sekarang. Maka pintu ijtihad terbuka untuk seluruh masalah. Menurutnya perbedaan fisi dan kebebasan yang luas merupakan satu – satunya jalan untuk memajukan umat. Salah satu pendapatnya yang cukup mendapat tanggapan keras dari beberapa kalangan adalah bahwa Allah telah menciptakan dan membuat hukum – hukum, akan tetapi Allah tidak turut campur dalam hukum alam. Dari sini cukup memperlihatkan bahwa ia menggunakan sistem nilai dari pemikiran Barat untuk memahami agama dan menafsirkan al-Qur’an.
Sayyid Ahmad menjelajah hampir semua literatur Islam untuk menggali pendapat – pendapat yang memiliki otoritas yang mendukung tesisnya, bahwa dalam al-Qur’an tidak ada sesuatupun yang tidak sesuai dengan sains modern. Cocok dengan alam adalah ukuran untuk menilai pelbagai macam agama, dan agama Islam adalah agama yang benar karena sesuai dengan alam. “Kalimat Allah (al-Qur’an )”, ia menyatakan harus sesuai dengan perbuatan Allah (alam)”. Ia mengikuti metode Mu’tazilah dalam mencocokkan agama dengan sains, dan ia dianggap sebagai Mu’tazilah modern .
Dengan demikian dapat dipahami bahwa agama yang dipahami oleh Sir Sayyid Ahmad Khan adalah suatu paham agama yang secara eksplisit sesuai dengan kemajuan dan khususnya dengan kebudayaan Inggris pada abad ke – 19 dengan ilmu, moralitas liberal, humanisme, dan rasionalisme ilmiahnya.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sir Sayyid Ahmad Khan adalah salah seorang tokoh pembaharu di India pada abad ke – 19. Ia dikenal sebagai tokoh pembaharu yang ide – idenya dinilai oleh masyarakat banyak membawa kontroversial khususnya oleh masyarakat konservatif.
2. Ide – ide pembaharuan Sir Sayyid Ahmad Khan secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Bidang Politik
Dalam keseluruhannya Sir Sayyid Ahmad Khan adalah orang yang menghabiskan waktunya untuk kesejahteraan masyarakat Muslim India dengan membina agama, moralitas, serta loyal kepada bangsa yang memerintahnya.
b. Bidang Pendidikan
Ia berpandangan bahwa umat Islam harus kembali ke teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah seperti pada zaman Islam klasik, dari pada itu ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat di Barat perlu dikuasai oleh umat Islam. Sebab ilmu pengetahuanlah yang akan mampu menghidupkan kembali orientasi keduniaan umat yang telah hilang sejak zaman pertengahan. Untuk mengusai pengetahuan dari Barat tiada lain jalan yang ditempuh adalah dengan mengakomodasi pikiran – pikiran modern termasuk pendidikan yang dibawa oleh Inggris.
c. Bidang Sosial – Keagamaan
Agama yang dipahami oleh Sir Sayyid Ahmad Khan adalah suatu paham agama yang secara eksplisit sesuai dengan kemajuan dan khususnya dengan kebudayaan Inggris pada abad ke-19 dengan ilmu, moralitas liberal, humanisme, dan rasionalisme ilmiahnya.
B. Saran – saran Secara umum makalah yang ada dihadapan bapak – bapak dan ibu – ibu peserta seminar kelas masih banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, maka kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA
Ali, HA. Mukti , Aliran Pemikiran Modern dalam Islam di India dan Pakistan, Bandung: Mizan,1993
---------------------, Alam Pikiran Modern di Timur Tengah, Jakarta: Djambatan, 1995.
Baljon, J.M.S. Sayyid Akhmad Khan Seorang Islam Modern dan Pembaharu Sosial, Terjemahan Amal Hamzah, Jakarta: Djaur Gatan, 1950
Engineer, ALI, Asghar Rational Approach to Islam, Delhi: Gyan Publishing House, 2001
Encyclopedia of Islam and the Muslim World, Thompson Gale 2004
Glasse, Cyril, The New Encyclopedia of Islam, Altamira Press, 2001
Sir Syed Ahmad Khan- Chronology “Sir Syed University of Engineering and Technology.http://www.Ssuet .edu.pk/Chronology.htm. Retrieved, 14 Januari 2010
"Sir Syed Ahmad Khan". Story of Pakistan. http // www. Story of Pakistan. Com / person. asp? perid= P001. 14 Pebruari 2010

HARUN NASUTION ( ISLAM RASIONAL )

HARUN NASUTION
( ISLAM RASIONAL )
OLEH :
SYARIFAH KHADIJAH


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah perkembangan suatu Negara sangatlah dipengaruhi oleh para pembaharu dalam memberi warna baru untuk mencapai tujuan yang maksimal dengan nuansa yang berbeda-beda.
Kajian sejarah adalah suatu bidang ilmu yang sangat menarik untuk ditelusuri , dimana minimal ada manfaat yang dapat diperoleh yakni bila kesimpulan sejarah menunjikkan kemajuan suatu system yang dikembangkan oleh pelaku sejarah, kemudian berimbas lahirnya inovasi pengembangan dan kemajuan baik pada system pemerintahan, pertahanan, social ekonomi, politik, bahkan pemgembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sejarah biasanya ditulis dan dikaji dari sudut pandang suatu fakta atau kejadian tentang peradaban suatu bangsa. Secara umum sejarah mengandung kegunaan yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan umat manusia.

Dalam makalah ini, penulis mencoba menguak tentang ide-ide,gagasan atau pun pemikiran yang dituangkan oleh Harun Nasution,adalah sosok ilmuan muslim yang amat berwibawa dan salah seorang tokoh pembaharu yang sangat terkanal dan cukup disegani oleh kalangan intelektual muslim, baik di dalam maupun di luar negeri, dan sekaligus menjadi sumber timbulnya berbagai masalah yang menimbulkan perdebatan. Setiap kali orang mendengar nama yang terbayang adalah bahwa ia adalah seorang mantan pertor UIN Syarif Hidayatulla Jakarta yang memiliki keahlian dalam bidang teologi dan filsafat yang bercorak rasional dan cenderung liberal. Dengan corak pemikiran teologinya yang demikian itu, Harun Nasution dikenal pula sebagai ilmuan yang banyak mengemukakan gagasan-gagasan dan pemikiran yang berbeda dengan pemikiran yang umumnya dianut Umat Islam di Indinesia.

B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka penulis berusaha memberi rumusan dan batasan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Harun Nasution seorang tokoh pembaharu ?
2. Sejauh manakah pengaruh ide,gagasan ataupun pemikiran Harun Nasution di Indonesia ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Harun Nasution

Harun Nasution dilahirkan di Pematangsianar, daerah Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, pada hari selasa, 25 September1919. Ia adalah putra dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Abdul Jabbar Ahmad, seorang ulama kelahiran Mandailing yang berkecukupan serta pernah menduduki jabatan sebagai Qadi, penghulu, Kepala Agama, Hakim Agama dan Imam Masjid di Kabupaten Simalungun. Sedangkan ibunya yang berasal dari Tanah Bato adalah seorang putrid ulama asal mandaling dan masa gadisnya pernah bermukim di Makkah dan pandai bahasa Arab. Kedua orang tua Harun Nasution yang berpendidikan agama yang demikian itu telah memberikan sumbangan dan peran yang amat besar dalam menanamkan pendidikan agamanya.

Pendidikan sebagai hal yang penting bagi kehidupan ditempuh oleh Harun Nasution dengan memulai pada Sekolah Dasar milik Belanda, Hollandsch Inlandsh School (HIS), yang ditempuh selama 7 tahun dan selesai tahun 1934 yang pada waktu itu ia sudah berumur 14 tahun.Selama belajar di Sekolah Dasar ini Harun Nasution berkesempatan mempelajari bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum. Setelah ia meneruskan studinya ke Moderne Islamietische Kweekschool ( MIK), selama 3 tahun. Nasution walaupun semula enggan belajar di sekolah ini karena ingin masuk MULO, tapi akhirnya ia tertarik juga belajar di sekolah ini. Nasution mengaku tertarik mempelajari Islam , kerena Islam tampak sangat modern di tangan pengajar MIK. Di sinilah buat pertama kali Harun Nasution berhubungan dengan pemikiran moderen Islam, seperti yang dikembangkan oleh sejumlah sarjana Islam yang terkemuka seperti Hamka, Zainal Abidin, dan Jamil Jambek lebih lanjut Harun Nasution berkomentar tentang MIK sebagai berikut :

” Di sana ku memakai dasi, dan diajarkan bahwa memelihara anjing tidak haram. Itu yang kupelajari dan kurasa cocok, kupikir mengapa harus berat-berat mengambil wubhu dahulu hanya untuk mengankat Al-Qur`an, terpikir pula, apa beda Al-Qur`an dengan kertas biasa,Al-Quran yang kupegan itu adalah kertas bukan wahyu, Wahynya tidak di situ. Apa salahnya memegang kertas tanpa wudhu lebih dahulu begitu pula soal sholat , memakai ushali atau tidak bagiku sama saja.

Melihat perkembangan pemikiran Harun Nasution yang demikian itu, ayahnya yang semula memaksa Harun Nasution belajar di MIK malah bebalik melarangnya dan meminta anaknya keluar dari sekolah tersebu dan melanjutkan disebuah sekolah guru Muhammadiyah di Solo. Namun Harun Nasution tidak pergi kesolo melainkan pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan sekaligus belajar pengetahuan agama Islam di Tanah Suci itu, Upaya ini dilakukan karena menurut orang tuanya, pengetahuan umum yang diperoleh Harun Nasution dari sekolah Belanda sudah cukup. Selanjutnya ia harus mendalami Islam d Mekkah agar lebih lurus pemikirannya.

Senada dengan itu sumber lain mengimpormasikan, bahwa pilihan Harun Nasution untuk meneruskan studi di Mesir, karena sebelumnya ketika di Indonesia ia sudah mengenal dan membawa pemikiran cendekiawan Muslim Indonesia tamatan mesir seperti Mahmud Yunus, Mukhtar Yahya, Bustami A.Ghani, dan lain-lainnya yang telah kembali ke tanah air dan cukup dikenal sebagai tokoh agama terkemuka. Selepas dari mesir Harun Nasution pindah studi ke Universitas Amerika di Kairo.

B. Harun Nasution : Islam Rasional
Harun Nasution tahu apa yang akan ia lakukan pada masyarakat Muslim Indonesia. Hal yang demikian terjadi karena selama di luar nereri ia terus mengikuti perkembangan di Indonesia, ia berpendapat bahwa masyarakat muslim kurang maju dalam bidang ekonomi dan kebudayaan karena mereka menganut teologi yang fatalistik dan statis. Menurutnya, teologi ahl-al-Sunnah dan Ash`ariyah harus bertanggung jawab atas kemandengan ini. Kaum Muslimin berpandangan sempit dan tidak terbuka terhadap reformasi dan modernisasi, sebagai prasyarat pembangunan umat. Inilah alasan mengapa ia ingin mengubah pandangan yang fatalistik dan tradisional ini dengan pandangan yang lebih dinamis rasional dan modern. Untuk mengimplementasikan tujuannya ini, Harun Nasution memilih jalur pendidikan, terutama perguruan tinggi.

Lebih lanjut dikatakan bahwa, konsep manusia yang terdapat dalam masyarakat Indonesia sebenarnya sama dengan konsep yang diajarkan Islam. Dalam masyarakat terdapat konsep cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah akal, dan rasa adalah kalbu, Maka dalam sistem pendidikan nasional kita, pendidikan agama perlu mendapat tempat yang sama pentingnya dengan pendidikan sains. Jika tidak tujuan membina manusia seutuhnya tidak akan tercapai. Kesenjangan yang ada antara ulama agama dan ulama sains, akan tidak dapat diatasi dan mungkin akan terjadi kehancuran masyarakat yang memakai sistem pendidikan yang berdasar pada konsep Barat bahwa manusia tersusun dari unsur materi dan unsur akal saja, tanpa adanya unsur ruh.

Masyarakat modern percaya pada kemampuan rasio dan pendekatan ilmiah. Namun disini kita berbicara soal agama, sementara dasar agama lebih banyak berkaitan dengan perasaan dan keyakinan dari pada rasio. Perasaan dan keyakinan berlainan dengan rasio yang mempunyai tendensi dogmatis. Ajaran-ajaran agama oleh pemeluknya dirasakan dan diyakini sungguh benar meskipun ajaran-ajaran itu terkadang berlawanan dengan rasio. Perasaan dan keyakinan juga banyak bersifat subjektif dan kurang bersifat objektif. Selanjutnya agama banyak dan erat hubungan dengan hal-hal yang bersifat imateri dan yang tak dapat ditangkap dengan panca indera. Sementara itu pembahasan ilmiah pada umumnya dapat dipakai dengan baik hanya dalam lapangan yang bersifat materi.
Agama pada umumnya diyakini mengandung ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Yang Mahatahu dan Mahabenar, oleh karena itu ajaran-ajaran agama diyakini brsifat absolut dan mutlak benaryang harus diterima begitu saja oleh pemeluknya. Ajaran-ajaran itu merupakan dogma-dogma yang kebenarannya tidak bisa lagi dipermasalahkan oleh akal manusia. Oleh karena itu, dalam agama terdapat sikap dogmatis untuk mempertahankan yang lama dan telah mapan dan tidak bisa menerima, bahkan menentang perubahan dan pembaharuan.

Sayangnya pandangan luas, pikiran terbuka serta rasional dan sikap dinamis umat yang berkembang pada Zaman Klasik, hilang bahkan lenyap pada Zaman Pertengahan Islam yang dimulai pada tahun 1250 dan berakhir pada tahun 1800 M. Sebagai gantinya timbul pemikiran taradisional dengan pandangan yang sempit , pemikirannya yang tertutup, serta sikapnya yang statis. Kalau pada Zaman Klasik hanya ajaran-ajaran dasar dalam al-Qur`an dan hadis yang diyakini merupakan dogma, pada Zaman Pertengahan Islam, ajaran-ajaran yang dihasilkan ulama-ulama pada Zaman Klasik dalam bidang akidah, ibadah, muamalah dan lain-lain, juga diyakini sebagai dogma. Maka yang mengikat pemikiran pada Zaman Pertengahan bukan ajaran-ajaran absolut saja, tetapi juga ajaran-ajaran relatif yang banyak bertumpuk-tumpuk dengan perkembangan zaman.sehingga kebebasan berpikir dan bergerak amat terikat. Setiap mau berpikir dan bergerak dijumpai banyak larangan dan hambatan, pemikiran membeku dan umat menjadi statis.

Dunia Islam terjaga dari tidurnya yang nyenyak dan muncul kesadaran bahwa mereka telah mundur dan jauh ditinggalkan Eropa. Muncullah kemudian ulama dan pemikir-pemikir Islam dengan ide-ide yang bertujuan memajukan dunia Islam dan mengejar ketinggalan dari Barat. Dania Islam pun memasuki Zaman Modernnya.

Di Indonesia aliran Mu`tazilah belum begitu dikenal dan tidak disukai karena dianggap mempunyai pendapat-pendapat yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Pemuka-pemuka Mu`tazilah dalam pemikiran keagamaan mereka banyak mempergunakan rasio. Mereka memang percaya pada kekuatan akal yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Dalam penafsiran teologi mereka banyak ayat-ayat teologi mereka banyak memakai pemikiran rasional. Begitu tinggi kekuatan yang mereka berikan kepada akal, sehingga timbul anggapan di kalangan sebagian umat, ini selanjutnya membawa kepada tuduhan bahwa kaum mu`tazilah adalah golongan Islam yang tersesat dan tergelincir dari jalan yang lurus dan benar, bahkan tidak sedikit umat Islam yang menganggap mereka tidak percaya kepada wahyu dan dengan demikian telah menjadi kafir dan bukan Islam lagi.

Pemikiran rasional memeng banyak mempengaruhi kaum mu`tazilah dalam menentukan pendapat-pendapat keagamaan mereka. Abu al-Huzhail yang pertama memberi penjelasan sejau mana akal manusia dapat mengetahui masalah-masalah keagamaan, menurut pendapatnya, akal dapat mengetahui dua masalah dasar dan pokok dalam tiap-tiap agama, Tuhan dan soal kebaikan serta kejahatan. Ia menjelaskan bahwa akal manusia dapat :
1. Megetahui adanya Tuhan
2. Mengetahi kewajiban manusia berterima kasih kepada Tuhan
3. Mengetahui apa yang baik dan apa yang jahat
4. Mengetahui kewajiban manusia berbuat baik dan kewajibannyamengetahui perbuatan jahat
Kita di Indonesia masih ketinggalan sampai sekarang ini, masih dingaruhi oleh filsafat hidup corak tradisional tersebut. Penghargahan pada akal sebagai anugrah Tuhan itu belum cukup tinggi, paham qadha dan qadar dalam arti fatalisme masih banyak terdapat di kalangan masyarakat, kepercayaan adanya hukum alam ciptaan Tuhan belum kuat, dinamika belum banyak kelihatan, rasa tanggung jawab belum tinggi dan masa depan lebih banyak diserahkan kepada nasib.

Pembaharuan di Indonesia masih terbatas pada permasalahan Furu sementara itu pemikiran di Indonesia muncul terlambat lima puluh tahun dari India dan seratuh tahun dari Mesir dan Turki. Latar belakang ide pembaharuan di Indonesia jauh berbeda dengan latar belakang yang ada di Mesir, Turki dan India. Keadaan di Indonesia berbeda sekali dengan keadaan di tiga negara tersebut. Indonesia tak pernah menjadi negara Islam besar dan tak pernah pula menjadi pusat kebudayaan Islam. Islam berkembang di Indonesia mulai abad ketiga belas. Maka Islam yang datang dan berkembang di Indonesia bukanlah Islam Zaman keemasan dengan pemikiran rasional dan kebudayaannya yang tinggi, melainkan Islam yang telah mengalami kemunduran dengan pemikiran tradisional dan corak tarekat dan fiqihnya.

Di kalangan para pembaharu Indonesia yang timbul kira-kira tujuh puluh tahun lalu, ide tentang kebebasan, pemikiran rasional serta pemikiran ilmiah demikian, tak dijumpai. Semua ini karena, sebagainama mereka katakan, dalam ushul mereka sepaham dan yang mereka pertentangkan adalah masalah furu`. Perlu diperhatikan bahwa ushul yang disepakati itu adalah teologi Asy`ariyah, pemikiran tradisional, atau kepercayaan pada qadha dan qadar. Itulah sebabnya kenapa dibukakan intu ijtihad dengan kembali kepada Al-Qur`an dan hadis, yang di anut oleh para pembaru itu, tidak berkembang di Indonesia. Pembaru-pembaru permulaan abad kedua puluh ini pada hakikatnya masih terikat kepada hasil ijtihad ulama masi silam.

Dalam salah satu buku beliau Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerak, buku yang berasal dari kumpulan ceramah dan kuliah serta diterbitkan pertama kali taahun 1975 oleh penerbit bulan bintang, beliu membahas tentang tentang pemikiran dan pembaharuan dalam Islam yang timbul dalam priode modern. Pembahasannya mencakup pembaharuan di tiga negara Islam yakni: Mesir, Turki, dan India-Pakistan, dengan menampilkan tohoh-tokoh pembaharu dari tiga kawasan tersebut yang dari segi sifat dan coraknya tidak jauh berbeda dengan sifat dan corak pembaharuan yang terjadi di negara lain. Harun Nasution mencoba mencari sebab-sebab terjadinya usaha-usaha pembaharuan tersebut. Sebab-sebab tersebut antara lain karena umat Islam ingin mengejar keterbelakangannya dalam bidang lmu pngetahuan, kebudayaan, ekonomi dan lain sebagainya. Umat Islam ingin mengembalikan kejayaannya sebagaimana terjadi pada abad klasik. Upaya-upaya tersebut antara lain dengan kembali kepada Al-Qur`an dan al-Sunnah, membuka kembali pintu ijtihad, memurnikan akidah dari pengaruh bid`ah, khurafat dan tahayul, menghargai penggunaan pikiran, menyatukan umat Islam serta mempercayai hukum alam(Sunatullah) dalam mencapai cita-cita.
Selanjutnya Harun Nasution ingin mengatakan bahwa pemikiran mu`tazilah di abad klasik telah pula diperktekan oleh para ilmuan di abad sembilan belas. Beliau juga ingin engatakan bahwa pemikiran mu`tazilah ternyata telah dianut oleh kalangan ilmuan di berbagai negara. Timbulnya gerakan pembaharuan yang terjadi di berbagai negara: Mesir, India, Turki dan sebagainya antara lain karena pengaruh pemikiran Mu`tazilah yang dianut oleh para tokoh pembaharu tersebut

Dari pemaparan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa Harun Nasution hadir sebagai tokoh kontroversial yang bercorak rasinal, hal ini dpengaruhi dari sifat dan karakter ayahnya yang juga demikian. Misalnya ayahnya yang menikahi ibunya yang berasal dari satu marga yang oleh adat termasuk yang dilarang. Ayah Harun Nasution dengan penuh kerendahan melanggar aturan adat tersebut, karena dianggap tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Dilihat dari tugas utamanya Harun Nasution sebagai pmbaru dan sekaligus pendidik. Dengan kata lain ia adalah seorang pembaru yang menggunakan pendidikan sebagai sarana utamanya. Melalui kegiatan pendidikan yang ditekuninya. Ia ingin memperkenalkan sikap moderen yang dapat menimbulkan kemajuan bagi umat Islam. Serta ngin mengubah pola pikir dan tingkah laku umat yaitu dari pola pikir dan tingkah laku yang tradisional dan jumud kepada pola pikir yang rasional dan tingkah laku modern.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab terdahulu yang membahas tentang Islam Rasional
( Harun Nasution) maka, penulis dapat menyimpulka sebagai berikut:

1. Harun Nasution adalah seorang ahli ilmu kalam dan filsafat Islam yang disegani dan berpengaruh dengan corak pemikiranya yang rasional dan cenderung liberal. Sifat dan corak pemikiran demikian itu amat bertentangan dengan corak dan pmikiran Islam yang pada umumnya berkembang saat itu, yakni corak pemikiran yang tradisional dan terikat pada mazhab tertentu. Sifat dan corak pemikiran Harun Nasution yang demikian itu menyebabkan ia dianggap sebagai ilmuan yang sekular.

2. Pengaruh ide-ide dan gagasan Harun Nasution begitu terlihat jelas dalam bidang pendidikan karena merupakan alat untuk mengubah masyarakat dengan menggunakan pendidikan. Yakni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai medianya yang paling efektif dan signifikan.

B. Saran

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai sarana perbaikan kearah yang lebih baik

DAFRAT PUSTAKA
Nata Abuddin, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafifindo Persada, 2005
......................., Problematika Politik Islam Di Indonesia, Jakarta: PT.Grasindo dan UIN Jakarta, 2002.
Nasution Harun, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Jakarta: Mizan, 1998
.....................Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang,1975.
Yatim Badri dan Hamid Nasushi, Membangu Pusat Keungulan Studi Islam Sejarah dan Profil Pemimpin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: IAIN Jakarta Press,2002