Bergabunglah

Bagi anda yang butuh biaya kuliah, buka usaha, tidak punya modal, cobalah luangkan waktu untuk mencermati, menganalisa tawaran kami di;
http://www.asiakita.com/halaqa-kita
Semoga mamfaat
Powered By Blogger

Senin, 08 Maret 2010

Tobat dan Epistemologi

SEBUAH VISI YANG AGUNG AKAN MENJADI MIMPI YANG TERWUJUD MEMBANGUN KETERATURAN SISTEM


I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hasil dari sebuah perenungan dan olah fikir setelah menelaah sebahagian kecil dari kandungan tiga buah buku yakni; (1) Pengantar Ilmu Fisafat; (2)Filsafat Ilmu Pengetahuan; dan (3) Filsafat Pendidikan tulisan Prof. Dr. Suparlan Suhartono, M.Ed, Ph.D , mendapatkan sebuah kesimpulan sementara yakni; Kehidupan manusia adalah sebuah proses yang penuh dengan dimanika, yang membutuhkan konsentrasi pemikiran dan penalaran oleh manusia itu sendiri, agar tetap pada koridor dan jalur yang semestinya. Dinamika yang dimaksud antara lain adalah manusia memiliki sikap yang cenderung membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, dimana antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dalam rangka memenuhi hajat hidupnya.
Konteks ini memberi gambaran akan eksistensi manusia yang berawal dari asal mula (kejadian) dari sesuatu yang absolut yakni causa prima (Sang Pencipta/Tuhan), selanjutnya berproses untuk mencapai tujuan yang menjadi harapannya (yakni kebahagiaan), kemudian akhir dari proses ini ditandai dengan kematian sebagai sebuah akhir semu, oleh karena dibalik akhir semu itu ada kehidupan yang absolut.
Pemahaman dari kesimpulan ini penulis mencoba merekonstruksi pemikiran bahwa arah dan tujuan kehidupan manusia adalah kebahagiaan, ketentraman, dan kedamaian. Untuk mencapai hal-hal ini manusia perlu menerapkan metoda berfikir yakni pengembangan ilmu pengetahuan untuk segala bidang kajian. Sebagai contoh ketika manusia akan memenuhi kebutuhan makannya, maka manusia harus pandai bercocok tanam, berternak, mengolah sumber daya alam, agar tidak terjadi eksploitasi berlebihan yang akan mengancam kelestarian ekosistem alam diperlukan penerapan ilmu pengetahuan yang benar. Dalam hal ini manusia memerlukan “Filsafat sebagai suatu metoda berfikir untuk menemukan suatu kebenaran universal atau kebenaran hakiki mengenai suatu obyek studi” .
Pada posisi ini peran filsafat yang perlu diterapkan adalah aspek “Epistemologi” yakni sebuah cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan , yang mempersoalkan hakekat kebenaran suatu obyek. Artinya kebahagiaan, ketentraman, dan kedamaian berbanding lurus dengan kewajiban manusia mematuhi aturan kebenaran yang dimaknai usaha menjaga keteraturan system.
Apabila keteraturan system ini ternodai dengan sikap dan perilaku manusia yang menyimpang dari hakikat kebenaran akibat eksploitasi yang berlebihan, maka disinilah titik awal terjadinya sebuah malapetaka yang pada akhirnya mengkristal menjadi ancaman bagi kehidupan manusia. Pada titik ini dibutuhkan sebuah solusi yang disebut dengan usaha pertobatan.
Kata taubat yang berarti kembali sebagaimana dijelaskan oleh M. Quraish Shihab sebagai berikut :
Kata taubat terambil dari kata yang terdiri dari huruf-huruf tâ’, wauw dan bâ’, maknanya hanya satu yaitu kembali. Kata ini mengandung makna bahwa yang kembali pernah berada pada satu posisi-baik tempat maupun kedudukan-kemudian meninggalkan posisi itu, selanjutnya dengan “kembali” ia menuju kepada posisi semula.

Dengan demikian taubat dapat dimaknai bahwa manusia yang menyimpangkan sikap dan perilakunya dari rel keteraturan system yang telah dibangun oleh Sang Maha Pencipta (Allah SWT) dianggap meninggalkan posisi keteraturan system tersebut. Solusi yang paling tepat adalah berupayalah untuk kembali kepada keteraturan system karena hal ini merupakan sesuatu yang absolut (mutlak) diperlukan sebagai sebuah kebutuhan.


B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam makala ini menetapkan pada dua rumusan masalah sebagai batasan pembahasan yaitu :
1. Sejauhmana hubungan ketersinggungan antara tâubât dengan epistemologis?
2. Perlukah tâubât sebelum atau sesudah perilaku penyimpangan terhadap system?


II PEMBAHASAN MASALAH

A. Sejauhmana hubungan ketersinggungan antara tâubât dengan epistemologis
Ketika berbicara tentang epistemology tentu akan menyoal pada upaya penggalian makna kebenaran yang senantiasa berproses pada perilaku manusia, kebenaran yang dimaksud adalah terbangunnya pada setiap pribadi manusia sikap, diantaranya; sikap jujur, sikap kasih sayang, sikap tanggung jawab bahkan sikap disiplin yang menjadi karakter bagi manusia sebagai hasil aplikasi dari kajian dan obyek ilmu pengetahuan.
Epistemologi sebagai salah satu bidang filsafat nilai (axiology) yang mempelajarai tentang nilai kebenaran, jika dihubungkan dengan pendidikan maka yang menjadi issu utamanya adalah tentang nilai keilmuannya, yang akan mewujudkan nilai kebenaran dalam pendidikan dan pada gilirannya manusia senantiasa tertuntun kepada perilaku yang bijaksana baik pada dirinya, pada alam, terlebih kepada Sang Maha Pencipta yakni Allah SWT.
Sejalan dengan hal tersebut seorang filosof sekitar tahun 400 s.m. yakni Socrates yang menterjemahkan filsafat sebagai suatu komunitas perilaku mencintai kebijaksanaan .
Kebijaksanaan yang dimaksud disini, penulis lebih memahaminya sebagai sikap rendah hati yang senantiasa tunduk dan patuh mengikuti tuntutan keteraturan yang menjadi perilaku dan kebutuhan alam. Sebaliknya sikap kesombongan dalam melakukan penyimpangan pada keteraturan system adalah sikap yang tidak bijaksana.
Bentuk-bentuk kesombongan sebagai aplikasi penyimpangan antara lain; manipulasi dan korupsi, berbagai bentuk kecurangan dan kedustaan, keserakahan, maupun dalam bentuk kejahatan lainnya diantaranya seperti merusak lingkungan dengan mengeploitasinya yang pada hakekatnya mengingkari fitrah yang telah dititipkan Allah SWT sebagai potensi di hati setiap manusia.
Firman Allah SWT;

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
QS. ar-Rum (30) : 30

Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Berdasarkan uraian ini dapat dipahami bahwa perilaku yang tidak wajar diluar fitrah sekaligus mencerminkan hakekat pengingkaran manusia terhadap eksistensinya yakni melepaskan diri dari ikatan subkoordinat system atau dengan kata lain perilakunya keluar dari jalur aspek epistemology disatu sisi.
Disisi yang lain tâubât yang dipahami sebagai proses kembalinya manusia pada posisi jalur kebenaran, maka titik singgung antara keduanya (epitemologi dengan tâubât) berada pada puncak kesadaran akan pemahaman dan pengenalan kembali jati diri manusia itu sendiri yang sekaligus membuka sinyal frekuensi untuk ketersambungan kepada Sang Maha Tunggal (sebagai sumber awal mula penciptaan).

B. Perlukah tâubât sebelum atau sesudah perilaku penyimpangan terhadap system
Berangkat dari pemahaman tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa ketika taubat diterjemahkan sebagai proses kembali pada posisi keteraturan sehingga seluruh titik subkoordinat berfungsi sebagaimana mestinya, yang pada gilirannya memberi rasa kebahagiaan, ketentraman dan kedamaian pada keseluruhan sistem di alam semesta ini.
Dengan demikian keberadaan taubat tersebut tentulah akan diperlukan setelah proses perilaku penyimpangan, akan tetapi ketika pemahaman manusia ini telah sampai pada puncak klimaksnya menyadari bahwa betapa penting dan berharganya menjaga kelestarian lingkungan, menjaga ekosistem, menjaga keteraturan rotasi kehidupan ini yang diwarnai dengan sikap kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan optimisme yang menumbuhkan lahirnya kasih sayang diantara seluruh mahluk penghuni alam semesta raya ini, maka taubat akan menjadi kebutuhan sebagai perisai atau tamen pada setiap perilaku dan sikap manusia agar tidak terjadi tindak penyimpangan. Untuk itu dapat dikatakan taubat diperlukan sebelum terjadinya perilaku penyimpangan


III PENUTUP

A. Kesimpulan
Epistemologi yang merupkan salah satu cabang ilmu filsafat nilai yang meniti beratkan obyek pembahasannya untuk menemukan nilai-nilai kebenaran segala sesuatu yang sekaligus mengarahkan kepada proses keteraturan pergerakan roda kehidupan seluruh mahluk di alam semesta raya ini.
Sedangkan taubat adalah akan menjadi jalan keluar (solusi) ketika ada diantara komponen alam semesta ini melakukan sikap penyimpangan (khusunya mahluk manusia yang punya potensi akal) untuk mengembalikan pada posisi keteraturan system.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sangat diharapkan agar senantiasa terjadi ketersinngungan perilaku sikap menyimpang dengan usaha pertobatan.
Bahkan sebuah visi filsafat yang sangat agung yakni terwujudnya mimpi yang sangat didambakan oleh seluruh mahluk penghuni alam semesta raya ini bahwa taubat hrus mampu menjadi perisai pada setiap manusia agar tidak terjadi perilaku menyimpang.

B. Saran-saran
Makala ini disusun dalam waktu yang sangat singkat sehingga kemungkinan besar banyak kekurangan dan kesalahan baik dari teknik pengetikan, pemilihan bahasa yang kurang tepat, termasuk muatan isi jauh dari kesempurnaan, termasuk pula penulis sebagai pemula menyelami dan memahami ilmu filsafat. Olehnya itu sangat diharapkan masukan saran perbaikan demi kesempurnaan pembahan makala ini.
Atas segala saran dan keritikan penulis ucapkan terma kasih, semoga Allah SWT meridoiNya, amin.

DAFTAR PUSTAKA

Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, Ed.IV, Cet.1,

Departemen Agama, al-Qu’an dan Terjemahnya, Jakarta, Proyek pengadaan Kitab Suci

Quraish Shihab, Menjemput Maut (Bekal Perjalanan Menuju Allah), Ciputat Tangerang, Lentera Hati, Cet.V, 2007, h.1

Suhartono Suparlan, Fisafat Pendidikan, Makassar, Badan Penerbit UNM 2009,

----------------------------, Pengantar Ilmu Pengetahuan, Makassar, Badan Penerbit UNM 2008,

----------------------------, Pengantar Ilmu Fisafat, Makassar, Badan Penerbit UNM 2008,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap tinggalan komentar anda terhadap tulisan ini